Page 191 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 JULI 2020
P. 191

Dalam aksi tersebut para buruh menuntut beberapa hal.

              Ketua DPW FSPMI Jawa Tengah, Aulia Hakim mengatakan, para buruh menolak RUU  Omnibus
              Law    karena  penyusunan  RUU  berpihak  kepada  kepentingan  pengusaha  dan  Kadin  dengan
              mengorbankan kaum buruh untuk dieksploitasi.


              BURUH GELAR AKSI DEMONSTRASI DI DEPAN GEDUNG DPRD KOTA SEMARANG,
              INI 4 TUNTUTANNYA

              TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -  Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI)  Jawa
              Tengah  melakukan  aksi  demonstrasi  di  depan  gedung    DPRD  Kota  Semarang    ,  Rabu
              (29/7/2020).

              Dalam aksi tersebut para buruh menuntut beberapa hal.

              Ketua DPW FSPMI Jawa Tengah, Aulia Hakim mengatakan, para buruh menolak RUU  Omnibus
              Law    karena  penyusunan  RUU  berpihak  kepada  kepentingan  pengusaha  dan  Kadin  dengan
              mengorbankan kaum buruh untuk dieksploitasi.
              Menurutnya,  Omnibus Law  bukanlah solusi untuk menyelamatkan ekonomi di tengah badai
              krisis ekonomi yang sedang terjadi.

              Karena itu, pihakmua meminta pembahasan Omnibus Law harus segera dihentikan.

              "Kami menuntut  Omnibus Law  ditunda kembali. Kita fokus ke covid. Menurut kami, masa reses
              ini DPR RI justru membahas pasal-pasal  Omnibus Law  yang tidak melibatkan kami," ujar Aulia.
              Kedua,  pihaknya  menuntut  agar  jangan  sampai  Covid-19  menjadi  alasan  perusahaan  untuk
              melakuan PHK. Dia tidak ingin perusahaan nakal memanfaatkan kondisi pandemi Covid-19 untuk
              melakukan PHK buruhnya dengan alasan Covid-19 untuk mengurangi hak pesangon dari buruh
              yang diPHK tersebut.

              "Kaki mendirikan posko PHK di Jateng dan Kota Semarang. Data kami ada 6.000 orang yang
              diPHK," sebutnya.

              Selanjutnya, dia meminta agar dilakukan pencabutan keputusan dewan pengupahan Provinsi
              Jawa  Tengah  yang  menetap  force  majeure  sebagai  dampak  Covid-19  karena  melebihi
              kewenangannya.

              "Ini melampaui batas kewenangan. Ini jafi alasan pengusaha untuk memPHK. Bisa berbahaya,"
              tambahnya.

              Terakhir,  para  buruh  meminta  upah  minimum  provinsi  (UMK)  2021  mendatang  ditentukan
              berdasarkan survei kebutuhan hidup layak (KHL).

              Menurut Aulia, dalam lima tahun terakhir pemeribtah menetapkan UMK menggunakan PP 78
              tahun 2015. Dia menilai, sudah saatnya beearan KHL ditinjau ulang dengan mengadakan survei
              KHL. Pihaknya pun sudah memulai melalukan survei KHL di Pasar Karangayu.
              "Kami tadi didaampingi dewan melakukan survei bersama. Ini ada itikad baik dari dewan kami
              kembali ke undang-undang bukan PP 78 tahun 2015," katanya.

              Dia berharap,  DPRD Kota Semarang  selaku wakil rakyat bisa menyampaikan aspirasi para
              buruh kepada Pemerintah Pusat maupun Provinsi.


                                                           190
   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196