Page 104 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 104

"Omnibus Law Perpajakan masuk ke Ciptaker, jadi satu klaster. Jadi sudah masuk ke semua,"
              ujarnya dalam video conference virtual, Sabtu (3/10).
              Febrio  mengatakan,  reformasi  di  bidang  perpajakan  takharus  tertuang  dalam  satu  klaster
              tersendiri. Sebab, sebagian kebijakan perpajakan sudah 'dicicil' oleh pemerintah lewat Perppu
              Nomor 1 Tahun 2020 yang telah disahkan menjadi UU Nomor 2 Tahun 2020 tentang Stabilitas
              Sistem Keuangan.

              Salah satunya yaitu penyesuaian tarif pajak penghasilan (PPh) badan dari semula 25% menjadi
              22% untuk tahun pajak 2020-2021. Keringanan pajak akan terus dipangkas menjadi 20% pada
              tahun pajak 2022.

              "Message (pesan) dari Omnibus Law Ciptaker dan kluster Perpajakan untuk menarik investasi,
              highlight-nya  PPh  badan  turun  dari  25%  ke22%  seperti  Perppu  Nomor  1  Tahun  2020  yang
              menjadi UU Nomor 2/2020 sudah dicicil langsung, jadi tarif sudah turun 22%," ujarnya.

              Selain itu, Kemenkeu mengakui jika pemanfaatan insentif pajak kurang optimal akibat pan-demi
              covid-19. Pasalnya, pandemi covid-19 membuat sejumlah aktivitas perekonomian lesu, termasuk
              dunia usaha.

              Wakil Menteri Keuangan Sua-hasil Nazara mengatakan, serupa dengan negara lain, Indonesia
              juga  mengucurkan  insentif  pajak.  Bahkan,  keringanan  pajakyangdi-gelontorkan  diklaim
              mencapai 0,5% hingga 0,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB). "Namun, ekonomi masih di
              bawah  tekanan  karena  sejumlah  aktivitas  ekonomi  juga  tertekan,  jadi  kemungkinan
              pemanfaatan keringanan pajak tidak optimal," ujarnya dalam acara joint webinar Perpajakan
              dan OECD, pekan lalu.

              Di sisi lain, kucuran keringanan pajak itu berdampak negatif pada penurunan rasio pajak.

              Pemerintah  sendiri  menyiapkan  dana  sebesar  Rp  120,61  triliun  untuk  insentif  dunia  usaha.
              Namun, realisasinya baru Rp27,61 Uiliun atau 22,89% dari pagu anggaran.

              Jika dirinci lagi, program itu terdiri dari sejumlah pelanggaran pajak bagi pelalai usaha. Meliputi
              PPh pasal 21 ditanggungpemerin-tah, pembebasan PPh 22 impor, pengurangan angsuran PPh
              25, pengembalian pendahuluan PPN, penurunan tarif PPh Badan, dan stimulus lainnya.

              "Keringanan pajak membuat rasio pajak terhadap PDB rendah, dan kami tahu bawah itu adalah
              kendala kami," ujarnya.
              Kepala  BKF  juga  mengakui  rasio  pajak  semakin  tertekan  selama  pandemi  covid-19  lantaran
              pemerintah memberikan banyak insentif pajak untuk meringankan beban masyarakat dan dunia
              usaha.

              Sebagai informasi, Badan Le-gislasi (Baleg) DPR RI kembali menggelar pembahasan Omnibus
              Law RUU Cipta Kerja pada Sabtu (3/10). Rencananya, RUU akan disahkan sebelum memasuki
              masa reses atau sebelum 8 Oktober.

              Pengesahan  RUU  Ciptaker  tetapdi  kebut  pemerintah  dan  DPR  meski  sejatinya  ditolak  oleh
              kalangan buruh, mereka mengancam akan melakukan mogok kerja nasional untuk menuntat
              pembatalan RUU terkait.

              "Mogok  nasional  secara  serentak  di  seluruh  kawasan  industri  kabupaten/kota,  provinsi  dan
              nasional dengan tuntutan batalkan dan cabut Omnibus Law RUU Cipta Kerja," ujar Ketua Umum
              Pimpinan Pusat Federasi Serikat Pekerja Tekstil, Sandang Dan Kulit (FSP TSK) SPSI yang juga
              Presidium Aliansi Gekanas (Gerakan Kesejahteraan Nasional) Roy Jinto, pekan lalu, omohar


                                                           103
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109