Page 100 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 100

undang  (UU)  yang  masuk  dalam  omnibuslaw  itu.  Mirip  seperti  RUU  Komisi  Pemberantasan
              Korupsi (KPK) yang dibahas sangat cepat. "Sudah diduga dari awal. RUU Cipta Kerja akan diketok
              palu," ujar pengamat politik Ujang Komarudin kepada Jawa Pos kemarin (4/10).



              NGOTOT SETUJUI RUU CIPTA KERJA

              JAKARTA,  Jawa  Pos  -  Badan  Legislasi  (Baleg)  DPR  telah  menyelesaikan  pembahasan  dan
              menyepakati  RUU  Cipta  Kerja  (Ciptaker)  pada  Sabtu  malam  (3/10).  Prosesnya  dinilai  cukup
              singkat, mengingat ada 78 undang-undang (UU) yang masuk dalam omnibuslaw itu. Mirip seperti
              RUU Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dibahas sangat cepat.'

              "Sudah  diduga  dari  awal.  RUU  Cipta  Kerja  akan  diketok  palu,"  ujar  pengamat  politik  Ujang
              Komarudin kepada Jawa Pos kemarin (4/10).
              Bagi dia, hal tersebut tidak aneh dan tak mengherankan. Sebab, menurut Ujang, saat ini DPR
              dan pemerintah terkesan tidak aspiratif terhadap kepentingan buruh dan rakyat

              Ujang  mengatakan,  jika  RUU  itu  merugikan  kaum  buruh,  tentu  ada  pihak  tertentu  yang
              diuntungkan. Bisa kalangan pengusaha atau kelompok lain. Direktur eksekutif Indonesia Political
              Review (IPR) tersebut menyatakan, banyak orang partai yang kapitalis. Begitu juga anggota DPR
              dan pihak istana. "Kasihan rakyat. Semuanya dikuasai para pemilik modal," ucapnya.

              Pengajar di Universitas Al Azhar Indonesia itu memprediksi, pembahasan RUU Ciptaker akan
              bernasib  sama  dengan  RUU  KPK.  Walaupun  banyak  yang  menolak,  DPR  akan  tetap
              mengesahkannya dalam waktu singkat. "RUU Ciptaker tetap akan disahkan walaupun merugikan
              dan ditolak rakyat," tegas dia.

              Para  buruh  memang tetap  menolak  pengesahan  RUU  Cipta-ker Presiden  Konfederasi  Serikat
              Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menjelaskan, pihaknya menolak tujuh p oin dalam RUU itu
              Pertama, terkait upah minimum kabupaten/kota (UMK) bersyarat dan dihapusnya upah minimum
              sektoral kabupaten/ kota (UMSK). Menurut Said, UMK tidak perlu bersyarat dan UMSK harus
              tetap ada Sebab, UMK tiap kabupaten/kota berbeda nilainya.

              Kedua, buruh menolak pengurangan nilai pesangon dari 32 bulan upah menjadi 25 bulan Di
              mana 19 bulan dibayar pengusaha dan 6 bulan dibayar BPJS Ketenagakerjaan. Yang menjadi
              pertanyaan, dari mana BPJS mendapat sumber dananya? Bisa
              dipastikan BPJS akan bangkrut.

              Pihaknya  juga  menolak sistem  perjanjian  kerja waktu  tertentu  (PKWT) atau  kontrak  seumur
              hidup,  outsourcing  pekerja  seumur  hidup  tanpa  batas  jenis  pekerjaan,  waktu  kerja  yang
              eksploitatif,  serta  hilangnya  hak  cuti  dan  hak  upah  atas  cuti.  Cuti  haid  dan  melahirkan  bagi
              pekerja perempuan hilang karena hak upahnya atas cuti tersebut hilang. Cuti panjang dan hak
              cuti panjang juga hilang. Yang terakhir, kata Iqbal, karena karyawan kontrak dan outsourcing
              bisa seumur hidup, jaminan pensiun dan kesehatan mereka jugahilang. "Dari tujuh isu hasil
              kesepakatan tersebut, buruhmenolakkeras," tegasnya.

              Sementara itu, Wakil Ketua Baleg DPR Ibnu Multazam mengatakan, pihaknya sudah

              berupaya mengakomodasi aspirasi pihak buruh maupun pengusaha. Memang tidak semuanya
              bisa dimasukkan dalam RUU Ciptaker. "Kami memang tidak bisa memuaskan semua pihak," tutur
              dia.  Terkait  pembahasan  yang  dinilai  cukup  cepat,  Ibnu  menyatakan,  pihaknya  serbasalah.
              Pembahasan RUU cepat dipersoalkan. Pembahasan lama juga dipermasalahkan. Menurut dia,
              hal itu sudah biasa dan menjadi dinamika dalam demokrasi.

                                                           99
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105