Page 111 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 111

pemutusan hubungan kerja (PHK), penyelesaian perselisihan hubungan industrial, serta jaminan
              sosial.
              Memaksa

              Fraksi Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera menjadi dua fraksi di DPR RI yang menolak
              RUU  Cipta  Kerja  dibawa  ke  rapat  paripurna,  8  Oktober  2020  mendatang.  Demokrat  menilai
              pemerintah  memaksakan  kehendak,  sedangkan  PKS  menilai  bahwa  RUU  ini  hanya
              menguntungkan pengusaha.

              Wakil  Sekretaris  Jenderal  Partai  Demokrat,  Irwan,  menyatakan  bahwa  sikap  pemerintah
              memaksakan lolosnya RUU Cipta Kerja ini sekaligus menahbiskan pemerintah telah mengabaikan
              akal  sehat.  Demi  alasan  mendorong  investasi  dan  menggerakkan  perekonomian  nasional,
              pemerintah rela mengorbankan dan meminggirkan hak-hak pekerja, rakyatnya sendiri.

              Ia menyebut bahwa Fraksi Demokrat melihat banyak pasal yang harus dibahas lebih mendalam
              lagi, dengan tidak meninggalkan satu pun pihak terkait dengan RUU Ciptaker. Tujuannya agar
              salah satu omnibus law itu tetap berpihak terhadap masyarakat tanpa kecuali.

              "Kita tidak perlu terburu-buru. Partai Demokrat menyarankan agar dilakukan pembahasan yang
              lebih utuh dan melibatkan berbagai stakeholder," katanya.

              Menurut dia, hal itu penting agar produk hukum yang dihasilkan oleh RUU Ciptaker ini tidak berat
              sebelah, berkeadilan sosial, serta mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan pencip-taan
              lapangan kerja yang sebenarnya.

              Irwan  menambahkan,  bukan  hanya  terkait  ketenagakerjaan  yang  akan  bermasalah  dengan
              adanya  UU  Cipta  Kerja  ini.  UU  ini  juga  melegalkan  perampasan  lahan  rakyat  sebanyak  dan
              semudah  mungkin  untuk  proyek  prioritas  pemerintah  dan  proyek  strategis  nasional  yang
              pelaksanaannya dapat diserahkan kepada swasta.

              "Di samping itu, tekanan pada masalah lingkungan hidup juga akan menguat dengan mudahnya
              para  pengusaha  mendapatkan  izin  pembukaan  lahan  untuk  perusahaan  di  berbagai  sektor,"
              ucapnya.

              Ia menuturkan pula bahwa proses pembahasan RUU Cipta Kerja sudah kehilangan roh secara
              filosofis, sosiologis, dan yuridis di tengah pandemi ini. Walaupun telah disetujui oleh sebagian
              besar fraksi di DPR, ada baiknya presiden tidak melanjutkan dan mengesahkan UU Cipta Kerja
              ini. "Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, apalagi penjajahan terhadap hak rakyat sendiri,"
              ujarnya.

              Anggota Fraksi PKS Ledia Hanifa menyebut, fraksinya menolak ikut menetapkan RUU Omnibus
              Law  Cipta  Kerja  di  DPR  lantaran  terdapat  aturan  yang  berpotensi  menimbulkan  ancaman
              kedaulatan negara. Salah satu ancaman itu adalah kemudahan pihak asing dalam berinvestasi
              di Indonesia.

              "Selain itu, yang menjadi bahan penolakan Fraksi PKS, yakni RUU Omnibus Law Cipta Kerja
              berpotensi  merugikan  kalangan  pekerja  dan  semata  menguntungkan  kalangan  pengusaha,"
              katanya.

              Di  dalam  RUU  tersebut,  terdapat  aturan  ketimpangan  terkait  dengan  pengaturan  pesangon
              didasarkan atas analisis yang kurang komprehensif.
              Menurut dia, pemberian pesangon hanya melihat kepentingan pihak pengusaha. "Terutama pada
              pengaturan tentang kontrak kerja, upah, dan pesangon," ucapnya.

              Kian rentan
                                                           110
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116