Page 46 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 46

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said lqbal menjelaskan, mogok nasional
              dilakukan sesuai dengan UU No 9/1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
              Umum dan UU No 21/2000 khususnya Pasal 4 yang menyebutkan, fungsi serikat pekerja salah
              satunya adalah merencanakan dan melaksanakan pemogokan.

              "Selain itu, dasar hukum mogok nasional yang akan kami lakukan adalah UU No 39 Tahun 1999
              tentang HAM dan UU No 12 tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang
              Hak-Hak ipil dan Politik," katanya Minggu (4/10).

              Rencananya, mogok kerja nasional akan digelar 6-8 Oktober mendatang, la mengaku ada 10 isu
              yang diusung buruh dalam menolak omnibus law RUU Cipta Kerja klaster ketenagakerjaan.

              Kesepuluh isu tersebut adalah berkaitan dengan PHK, sanksi pidana bagi pengusaha, TKA, UMK
              dan UMSK, pesangon, karyawan kontrak seumur hidup, outsourcing seumur hidup, waktu kerja,
              cuti dan hak upah atas cuti, serta jaminan kesehatan dan jaminan pensiun bagi pekerja kontrak
              outsourcing.
              "Sepuluh isu tersebut telah dibahas oleh pemerintah bersama Panja Baleg RUU Cipta Kerja DPR
              selama  5-7  hari  dan  sudah  menghasilkan  kesepakatan  kedua  belah  pihak.  Dan,  Sabtu
              (3/10/2020) sudah diputuskan oleh pemerintah dan DPR untuk dibawa kedalam rapat paripurna
              untuk disahkan menjadi Undang-undang," ujarnya.
              Mogok Nasional ini akan diikuti .sekitar 2 juta buruh di 25 provinsi dan hampir 10 ribu perusahaan
              dari berbagai sektor industri di seluruh in-donesia, seperti industri kimia, energi, tekstil, sepatu,
              oto-motip, baja, elektronik, farmasi, dan lainnya.

              ATAS PESANAN

              Pengurus Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus mengatakan,
              gerak  cepat  Baleg  DPR  menyelesaikan  pembahasan  Omnibus  Law  Cipta  Kerja  perlu  juga
              diapresiasi.

              Sebab DPR selama ini akrab dengan kelambanan, kemalasan, predikat kinerja buruk, korupsi,
              dan lain sebaginya, ternyata kadang-kadang bisa juga bergerak ala gerombolan pengacau yang
              suka main seruduk kalau lagi ada maunya.

              "Akan  tetapi  kerja  gerudukan  Baleg  ini  segera  terlihat  memprihatinkan  karena  kerja  cepat
              mereka nampaknya bukan atas semangat yang konsisten untuk menghasilkan legislasi prioritas.
              Ini kerja yang nampaknya bisa terlihat super kilat karena 'atas nama pesanan' tertentu," katanya
              kepada Pos Kota, Minggu (4/10).

              Pihak pemesan tentu saja bukan rakyat atau buruh yang pada gilirannya nanti akan menjadi
              pihak yang terdampak langsung atas apa yang disepakati Baleg dan Pemerintah.
              "Pemesan ini adalah mereka yang akan sesuka hati memperlakukan pekerja, dengan kata lain
              investor atau elit lain yang berkepentingan untuk selalu meraup untung dari keringat murah yang
              dibayar," tegasnya.

              PERSEKONGKOLAN

              la  mempertanyakan,  kerja  cepat  yang  nampak  hanya  terjadi  pada  regulasi  tertentu  yang
              merupakan  pesanan  politik  hasil  persekongkolan  penguasa,  dan  pengusaha  itu  yang  bisa
              menjelaskan  kenapa  hanya  kepada  RUU  Cipta  Kerja  Baleg  bisa  bertaruh  waktu  untuk
              menyelesaikan proses pembahasan. Siang dan malam, masa sidang maupun masa reses, bahkan
              untuk mengesahkan RUU di tingkat Baleg, mereka memanfaatkan malam nan romantis bagi para
              remaja yakni malam minggu.

                                                           45
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51