Page 52 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 52

Pembahasan RUU Cipta Kerja sejatinya cacat sejak awal. Pemerintah melanggar Undang-Uhdang
              Nomor 12 Tahun 2011 ketika merumuskan RUU Cipta Kerja secara sembunyi-sembunyi.
              Pasal 96 Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan itu menjamin
              hak    masyarakat    untuk    memberi    masukan     dalam     perumusan     undang-undang.
              Faktanya,pemerintah hanya melibatkan kalangan pengusaha dan segelintir akademikus ketika
              menyusun rancangan omnibus law.

              DPR  memang  sempat  memberi  "gula-gula"  ketika  mengundang  dan  meminta  masukan
              perwakilan  serikat  buruh.  Namun  kesepakatan  terakhir  DPR  dan  pemerintah  terbukti
              mengabaikan masukan dari kalangan buruh. Pasal-pasal yang mempermudah kegiatan usaha
              tapi berpotensi merugikan lingkungan pun masih bercokol dalam rancangan terakhir omnibus
              laiu. Begitu pula dengan pasal-pasal yang melemahkan prinsip desentralisasi dan sistem checks
              and balances dalam pemerintahan.

              Karena RUU Cipta Kerja mengidap begitu banyak masalah, pembahasan dan pengesahannya
              tidak boleh tergesa-gesa. Dalih pemerintah dan DPR bahwa omnibus law perlu segera berlaku
              demi  menggenjot  investasi  kini  semakin  tak  valid  lagi.  Di  tengah  kegagapan  pemerintah
              menghadapi wabah, investor asing tak akan begitu saja masuk Indonesia semata-mata karena
              ada jaminan omnibus law.

              Lain lagi ceritanya bila RUU Cipta Kerja memang dirancang hanya untuk melindungi kepentingan
              pengusaha. Maka, kekompakan DPR dan pemerintah sudah sewajarnya mendapat perlawanan
              keras dari masyarakat luas. Selemah-lemahnya perlawanan adalah mengajukan uji materi ke
              Mahkamah Konstitusi, segera setelah Undang-Undang Cipta Kerja disahkan. *

















































                                                           51
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57