Page 558 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 558

BP2MI NILAI TANPA PERAN PEMDA, PENEMPATAN PMI NONPROSEDURAL
              SEMAKIN BANYAK
              JAKARTA -   Kepala  Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI)  Benny Rhamdani
              menyoroti maraknya penempatan  Pekerja Migran Indonesia (PMI)  secara nonprosedural.

              Menurut Benny, perlu kerja sama dan koordinasi antara Kementerian/Lembaga terkait, utamanya
              seluruh jajaran pemerintah daerah dalam membongkar praktik nonprosedural tersebut.

              Hal  itu  disampaikan  Benny  saat  bertemu  dengan  Menteri  Dalam  Negeri  (Mendagri)  Tito
              Karnavian, di Jakarta, Kamis (1/10/2020).

              "Adanya UU no 18 tahun 2017 yang menggantikan UU no 39 tahun 2004, telah berdampak pada
              terjadinya  perubahan  tata  kelola  Pelindungan  dan  Penempatan  PMI.  Dimana  pada  UU
              sebelumnya, pemerintah daerah sama sekali tidak terlibat dalam tata kelola penempatan dan
              pelindungan PMI," kata Benny Rhamdani.

              Dalam UU 18 tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, lanjut Benny, telah
              memberikan kewenangan kepada Pemerintah daerah, baik Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota
              dan Desa, yang diamanatkan pada pasal 40, 41, dan 42.

              Benny menjelaskan, namun dalam kenyataannya, masih banyak Pemerintah Daerah yang belum
              memahami mandat dari UU No 18 tahun 2017 tersebut.

              Adapun beberapa hal yang perlu segera dilakukan oleh Pemerintah Daerah adalah: pertama,
              memfasilitasi pendidikan dan pelatihan melalui BLKLN yang berkualitas, hal ini untuk mendukung
              kebijakan pembebasan biaya pelatihan bagi calon PMI.

              Kedua,  memfasilitasi  berdirinya  LTSA  (Layanan  Terpadu  Satu  Atap)  yang  merupakan  sentra
              pelayanan  bagi  PMI  yang  terdiri  dari  beberapa  unsur  instansi  terkait,  seperti  :  Imigrasi,
              Kepolisian, Dukcapil, Dinas Ketenagakerjaan, BPJS dan BP2MI.

              Ketiga, mengawasi kualitas LPK (swasta) di daerah, sehingga akan menghasilkan calon PMI yang
              mempunyai kompetensi.

              Keempat, melakukan edukasi dan sosialisasi bagi calon PMI di daerahnya. Kelima, melakukan
              pemberdayaan  bagi  PMI  yang  telah  selesai  bekerja  di  negara  penempatan.  Keenam,
              pembentukan Peraturan Daerah yang mendukung pelindungan terhadap PMI.

              "Apabila tidak terdapat penguatan peran Pemerintah Kabupaten/Kota/Desa dalam pelaksanaan
              tata kelola penempatan dan pelindungan PMI, maka akan semakin banyak lagi pengiriman PMI
              secara nonprosedural dengan kualitas kompetensi yang rendah, sehingga akan menimbulkan
              kasus-kasus PMI di negara-negara tujuan penempatan," papar Benny.

              Untuk  mencegah  pengiriman  PMI  secara  illegal  ini,  BP2MI  telah  membentuk  Satgas
              Pemberantasan Sindikat pengiriman PMI secara illegal yang di-launching pada Hari Kemerdekaan
              RI tanggal 17 Agustus 2020 lalu.

              "Dalam  memberantas  sindikat  pengiriman  PMI  secara  ilegal  ini  membutuhkan  kerja-kerja
              kolaborasi, serta dukungan dari seluruh stakeholder termasuk pemerintah daerah. Disamping
              itu, BP2MI juga segera memetakan daerah yang menjadi kantong-kantong PMI, pola perekrutan
              dan pola pengiriman PMI secara illegal ke negara-negara tujuan penempatan," ujar Benny.

              Mendagri Tito Karnavian mendukung penuh upaya BP2MI untuk bersinergi dan memberantas
              sindikat pengiriman PMI secara ilegal, yang akan dituangkan ke dalam MoU (Memorandum of
              Understanding) antara BP2MI dan Kementerian Dalam Negeri.


                                                           557
   553   554   555   556   557   558   559   560   561   562   563