Page 69 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 69

RUU  Omnibus  Law  ini  disepakati  Badan  Legislasi  (Ba-leg)  DPR  RI  dan  Pemerintah  untuk
              diparipurnakan 8 Oktober menjadi UU. Kesepakatan yang diambil Sabtu malam, 3 Oktober lalu,
              sebenarnya  ditolak  PKS  dan  Demokrat.  Hanya  saja,  baleg  sepakat  membawa  ke  tingkat
              selanjutnya. Rapat paripurna.

              RUU sapu jagat ini memuat 11 klaster. Seperti penyederhanaan perizinan tanah, persyaratan
              investasi,  ketenagakerjaan.  Kemudian  ada  klaster  kemudahan  dan  perlindungan  IJMKM,
              kemudahan  berusaha,  dukungan  riset  dan  inovasi,  administrasi  pemerintahan,  pengenaan
              sanksi, pengendalian lahan.

              Juga,  ada  kemudahan  proyek  pemerintah  dan  klaster  Kawasan  Ekonomi  Khusus  (KEK).
              Sementara sub klaster pers dan pendidikan sepakat dikeluarkan dari RUU ini. "Pemerintah dan
              DPR tidak lagi bisa dipercaya. Mereka menutup telinga dan mata, padahal sejak dibahas sudah
              mendapatkan penolakan," kata

              Ketua Umum Kongres Aliansi Buruh Indonesia (KASBI), Nining Elitos Penolakan terhadap RUU
              Omnibus Law, diakuinya, karena dianggap bertentangan dengan asas konstitusi. "Pembahasan
              dipaksakan dan terburu-buru," tambahnya. Kata dia, aturan-aturan dalam undang-undang sapu
              jagat  ini  tidak  memihak  kepada  rakyat  dan  kaum  buruh.  Menurutnya,  RUU  ini  sangat
              mendewakan  investasi  yang  belum  tentu  memberikan  penciptaan  lapangan  kerja.  Apalagi
              memihak kepada kepentingan rakyat dan buruh. "Malah investasi yang kurang dikontrol bisa
              berpotensi besar menyebabkan kerusakan lingkungan dan konflik agraria," jelasnya.
              Sementara itu, koalisi gerakan sigill Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak) bersama aliansi di
              daerah merencanakan aksi mogok massal nasional. Rencananya puncak aksi akan digelar besar-
              besaran pada 8 Oktober nanti di gelding DPR RI dan pemda masing-masing.

              "Jadi pada 6,7,8 Oktober nanti Gebrak dan seluruh aliansi dan jaringan di wilayah Indonesia
              menyerukan aksi nasional pemogokan umum rakyat Indonesia," kata Perwakilan Gebrak yang
              juga Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Dewi Kartika.

              Ditambahkannya,  koalisi  rakyat  sepakat  menolak  RUU  ini  secara  keseluruhan.  RUU  ini  tidak
              hanya merugikan kaum buruh. Juga, para petani, masyarakat adat, pemuda, pelajar, mahasiswa,
              miskin kota, nelayan dan mayoritas rakyat kecil lainnya.

              "Sekali lagi, Omnibus Law malah akan memperburuk kondisi kerja di Indonesia. Upah murah,
              memudahkan PHK dan merusak lingkungan," paparnya.

              Ketua Baleg DPR RI, Supratman Andi Agtas menuturkan, pembahasan di tingkat baleg sudah
              rampung.  Masukan-masukan  dari  semua  pihak  tidak  bisa  diakomodasi  100  persen.  Tetapi,
              mayoritas sebenarnya sudah dimasukkan ke dalam RUU ini."Sisa diparipurnakan," jelasnya. (*)






















                                                           68
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74