Page 74 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 74

peluang terjadinya tindak pidana korupsi. Menurutnya, salah satu contoh peluang itu terlihat dari
              pemberian kewenangan kepada polisi untuk memberikan izin usaha serta pengawasan terhadap
              bidang usaha pengamanan.

              "Ada peluang korupsi atau  abuse of power  dalam RUU ini. Contohnya, memberikan wewenang
              kepada  polisi  untuk  memberikan  izin  usaha  dan  pengawasan  terhadap  bidang  usaha
              pengamanan," kata Asfinawati dalam diskusi bertema 'Kontroversi RUU Ciptaker: Percepatan
              Ekonomi dan Rasa Keadilan Sosial' yang berlangsung secara daring, Minggu (4/10).

              Asfinawati menduga pemberian kewenangan tersebut terkait dengan langkah Kapolri Jenderal
              Idham  Azis  menerbitkan  Peraturan  Kepolisian  Nomor  4  Tahun  2020  tentang  Pengamanan
              Swakarsa (PAM Swakarsa).

              Asfinawati  berpendapat,  proses  penyederhanaan  izin  usaha  seharusnya  tidak  diikuti  dengan
              pemberian  kewenangan  memberikan  izin  usaha  serta  pengawasan  terhadap  bidang  usaha
              pengamanan kepada polisi.
              Menurutnya,  pemberian  kewenangan  untuk  polisi  itu  mengancam  kebebasan  masyarakat
              "Ketika nanti ada konflik agraria, masyarakat adat, dengan buruh kemudian satpam di garda
              depan memukul lapornya ke polisi. Dalam pengalaman kami, tanpa peraturan itu saja sudah sulit
              mendorong laporan masyarakat agar ditindaklanjuti oleh kepolisian," tuturnya.
              Lebih lanjut, Asfinawati menyebut revisi Undang Undang (UU) nomor 22 tahun 2009 tentang
              Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ), khususnya terkait angkutan alat berat yang juga dilakukan
              lewat RUU Omnibus Law Ciptaker juga membuka celah korupsi.

              Ia  mempertanyakan  pasal  yang  menyebutkan  bahwa  angkutan  alat  berat  yang  melebihi
              dimensinya boleh tetap melintas selama mendapatkan pengawalan dari polisi.

              "Ada pasal perubahan terkait UU LLAJ, kendaraan bermotor umum yang angkut alat berat yang
              lebihi  dimensi  harus  dapat  pengawalan  kepolisian,  kan  seharusnya  melebihi  dimensi  enggak
              boleh jalan," ucap Asfinawati.

              "Memang  mengawal  enggak  pakai  biaya?  Nah,  dari  sini  peluang  korupsi  akan  terbuka,"
              imbuhnya.

              Di sisi lain, Asfinawati menilai, pemerintah ingin membawa demokrasi Indonesia kembali ke era
              sebelum reformasi lewat RUU Omnibus Law Ciptaker. Ia pun mengkritik sikap DPR yang terlihat
              semakin seperti pihak yang mengesahkan keinginan pemerintah.

              "Menurut saya, makna paling kuat yang bisa saya dapatkan adalah pembuat UU ini, khususnya
              pemerintah, karena ini inisiatif pemerintah sedang berupaya menggerakkan demokrasi ke masa
              sebelum 1998," tutur Asfinawati.
              Untuk diketahui, sebanyak tujuh fraksi setuju untuk melanjutkan pembahasan RUU Omibus Law
              Ciptaker ke  Rapat  Paripurna  DPR  RI  pada  Kamis  (8/10)  mendatang,  sementara  2  fraksi  lain
              menolak. Dua fraksi yang menyampaikan penolakan pengesahan RUU itu adalah Demokrat dan
              PKS.  Sementara  tujuh  fraksi  lain  yang  menyetujui  RUU  ini  dibahas  pada  tingkat  selanjutnya
              adalah PDIP, Gerindra, Golkar, PKB, Nasdem, PAN dan PPP.

              Keputusan dalam Raker Pengambilan Keputusan Tingkat I RUU Omnibus Law Cipta Kerja di DPR
              pada Sabtu (3/10) malam. (mts/eks).






                                                           73
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79