Page 354 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 AGUSTUS 2020
P. 354

Ari menuturkan, perubahan yang terdapat RUU Omnibus Law Cipta Kerja, yang merenggut hak
              pekerja dan mengancam kesejahteraan pekerja, yakni menghapus tripartite, UMK, Kebebasan
              Berserikat, Ancaman PHK Setiap saat (Demokrasi pekerja lumpuh), karena kasus union busting,
              akan selalu berujung pada PHK jika perselisihan tidak menemui kesepakatan.

              Dengan demikian, kata dia, jika penentuan upah dilaksanakan diperusahaan dengan Bibpartite,
              yang melegalkan PHK pekerja secara bebas, yang ada adalah ketidak seimbangan perundingan,
              Jaminan Pesangon berkurang, dan kerancuan Undang-undang.
              Selain itu, jelas Ari, RUU Omnibus Law juga tidak sesuai dengan UU otonomi daerah, yang
              memberikan keleluasaan pada daerah untuk mengelola bidang ketenagakerjaan dengan dalih
              mempercepat  kegiatan  investasi,  yang  mengejar  pertumbuhan  ekonomi,  RUU  Omnibus  Law
              Cipta Kerja, disinyalir lebih berpihak pada investor baik nasional maupun multi nasional.
              " Dengan demikian kegiatan Industri yang digagas melalui RUU Omnibus law, telah kehilangan
              substansi  kegiatan  industri,  yang  diharapkan  memiliki  korelasi  lurus  terhadap  kesejahteraan
              rakyat  Indonesia,  baik  yang  terlibat  langsung  ataupun  tidak  langsung  dalam  kegiatan
              Industrialisasi," terang Ari.

              Dia  mengungkapkan,  UU  Omnibus  Law  Cipta  Kerja,  mengisyaratkan  bahwa  masa  depan
              Ketenaga  Kerjaan  Indonesia,  pada  sisi  perekonomian  dan  kedaulatan  politik  yang  sangat
              memprihatinkan,  karena  dari  sisi  ekonomis,  dan  kekuatan  pekerja  di  dalam  atau  diluar
              perusahaan dalam ruang hubungan Industrial pada posisi yang sangat rentan.

              " Hal ini dapat diketahui dari pola rumus pengupahan yang menghilangkan item inflasi, yang
              setiap tahunnya, sepanjang sejarah selalu mengalami kenaikan yang cukup signifikan, dengan
              demikian posisi keuangan Pekerja pada setiap tahun akan mengalami penyusutan akibat inflasi
              dan Kurs Rupiah," imbuhnya.

              Dalam PP 78 tahun 2015, sambung Ari, dianggap sistem pengupahan yang parah, karena tidak
              mempertimbangkan  Kurs  Rupiah  semakin  diperparah  dengan  pola  pengupahan  sistem  RUU
              Omnibus Law Cipta Kerja.

              " RUU Omnibus Law Cipta Kerja, ternyata melanggengkan sistem Outsorcing dan Kerja Kontrak,
              padahal pekerja di Indonesia mengharapkan, status kerjanya diperjelas sebagai pekerja Tetap
              atau PKWTT," ujar Ari..






























                                                           353
   349   350   351   352   353   354   355   356   357   358   359