Page 359 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 AGUSTUS 2020
P. 359

Padahal, pada tahun 2000, Presiden Abdurrahman Wahid sudah mengeluarkan inpres No. 9
              terkait pengarusutamaan  gender  . Namun, faktanya penerapan di lapangannya masih belum
              optimal. Masih terdapat kesenjangan antara peran pria dan wanita dalam politik.

              Di parlemen misalnya, hal ini justru masih belum dijalankan secara optimal. Bahkan, masih ada
              pandangan dari beberapa anggota kala dia masih duduk di parlemen yang menganggap bahwa
              pengarusutamaan  gender  bertentangan dengan nilai agama.

              Dia berharap penelitiannya ini dapat membantu mewujudkan kesetaraan  gender  di Indonesia
              dan  mampu  diadopsi  lembaga  pemerintah  dan  organisasi  di  Indonesia.  Termasuk,  menjadi
              rujukan  bagi  anggota  parlemen  perempuan  mampu  memperjuangkan  pengarus  utamaan
              gender  di parlemen.

              Hal ini karena kesenjangan lelaki dan perempuan masih terjadi di Indonesia. Relasi perempuan
              dan  lelaki  di  negara  ini  masih  tidak  berimbang,  dimana  perempuan  dianggap  hubungan
              sosialnya hanya terkait dapur, kasur dan sumur.

              Beberapa kendala yang membuat pengarus utamaan  gender  belum bisa berjalan di Indonesia
              karena yang pertama sistem pendidikan, dimana rata-rata Pendidikan masyarakat di Indonesia,
              terutama  perempuan  masih  cukup  rendah,  kemudian  juga  sistem  politik  yang  kurang
              mengakomodir perempuan.

              Oleh  karena  itu,  Menaker  menyampaikan  tiga  poin  yang  bisa  diharapkan  dari  disertasinya
              tersebut.

              Ida  juga  menegaskan,  sebagai  orang  yang  lahir  dan  besar  dalam  Gerakan  perempuan  di
              pesantren  dan  sekolah,  selalu  fokus  terhadap  pergerakan  perempuan  dan  isu  kesetaraan
              gender  . Saat ini, sebagai Menteri Ketenagakerjaan, dia bisa mendapatkan kesempatan untuk
              menerapkan isu ini dalam bentuk kebijakan.

              Dalam  sidang  tersebut,  salah  satu  promotor,  Prof  Dr  Hassan  Efendy  memberikan  kenang-
              kenangan  wejenang  berupa  filsafat  jawa  yaitu  ngono  ya  mbok  ojo  ngono,  yang  maknanya
              sekalipun  itu  adalah  perempuan  yang  berkiprah  namun  hakikatnya  tetap  perempuan,  yaitu
              bagaimana mempertahankan nilai-nilai perempuan supaya bisa tetap menjadi utuh.

              "Hal ini sesuai dengan pesan bu Menteri, bahwa perempuan Indonesia tetap mempertahankan
              nilai Keindonesiaan sembari terus memperjuangkan kesetaraan dan ekadilan  gender  , tanpa
              harus mengimpor nilai-nilai dari luar," ujar Hassan.

              Dr Dra Hj Ida Fauziyah, M Si adalah salah seorang politisi perempuan Indonesia pasca-reformasi.
              Perempuan  yang  lahir  di  Mojokerto  pada  1969  itu  menjadi  Menteri  Ketenagakerjaan  pada
              Kabinet Indonesia Maju.

              Sebelumnya, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu pernah duduk sebagai anggota  RI
              selama empat periode, yaitu periode 1999-2004, periode 2004-2009, periode 2009-2014, dan
              periode 2014-2019.

              Kini, di tengah kesibukannya sebagai menteri, penulis buku Geliat Perempuan Pasca-Reformasi
              itu  berhasil  menyelesaikan  program  doktoral  di    IPDN    .  Disertasinya  yang  berjudul
              "Implementasi  Kebijakan  Pengarusutamaan  Gender  Dalam  Pelaksanaan  Tugas  dan  Fungsi
              Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia" menjadi salah satu karya penting bagi khasanah
              politik dan gerakan perempuan di Indonesia. ***.





                                                           358
   354   355   356   357   358   359   360   361   362   363   364