Page 401 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 AGUSTUS 2020
P. 401

pertanian, terutama tentang regulasi impor. yang berpotensi melemahkan  pertanian  dalam
              negeri  atau  lokal.  Slamet  menyebutkan  salah  satunya  terkait  pemanfaatan    sumber  daya
              manusia  (SDM) di mana kini pelaku usaha tak lagi manfaatkan SDM lokal tapi juga SDM asing
              atau  luar negeri  diperbolehkan.

              "Salah  satunya  dalam  UU  Nomor  13  Tahun  2010  tentang  Hortikultura,  yakni  diubahnya
              ketentuan  terkait  pelaku  usaha  wajib  mengutamakan  pemanfaatan    sumber  daya  manusia
              dalam negeri, menjadi pelaku usaha di bidang hortikultura dapat memanfaatkan  sumber daya
              manusia  dalam negeri dan  luar negeri  ," kata Slamet kepada awak media, Rabu 29 Juli 2020.

              Implikasi perubahan aturan tersebut berpotensi menjadi pintu masuk bagi Tenaga Kerja Asing
              (TKA), khususnya bidang  pertanian  hortikultura. "Hal ini akan berdampak tersisihnya tenaga
              kerja lokal. Terlebih lagi jika investornya berasal dari  luar negeri  ," tambah Slamet.
              Selain itu, sambung Slamet, muatan  RUU Cipta Kerja  lainnya yang juga berpotensi melemahkan
              pertanian    dalam  negeri  adalah  diubahnya  ketentuan  terkait  usaha  hortikultura  yang
              dilaksanakan dengan mengutamakan penggunaan sarana hortikultura dalam negeri, menjadi
              penggunaan sarana hortikultura yang berasal dari dalam negeri dan/atau  luar negeri  .

              "Implikasinya,  berpotensi  membuka  keran  impor  sarana    pertanian    seperti  benih,  pupuk,
              pestisida,  dan  lain-lain  secara  ugal-ugalan  tanpa  memperhatikan  kondisi  dalam  negeri.  Pola
              impor seperti ini akan mendorong negara menjadi sangat tergantung kepada asing," ujarnya.
              Terakhir, Slamet juga mengungkapkan soal diubahnya ketentuan terkait usaha hortikultura yang
              wajib memiliki perizinan berusaha dari pemerintah pusat. "Padahal, sebelumnya perizinan usaha
              tersebut  dikeluarkan  oleh  pemerintah  daerah  sesuai  dengan  kewenangannya  sesuai  dengan
              Pasal 52 UU 13 Tahun 2010," katanya.
              Implikasinya, mereduksi peran dan kewenangan pemerintah daerah terkait perizinan.

              "Pola  seperti  ini  berpotensi  merusak  tatanan  bernegara  di  era  reformasi,  yang  salah  satu
              semangatnya adalah otonomi daerah yang tertuang dalam UUD NRI 1945 amendemen ke-4
              Pasal 18," pungkasnya.***.



































                                                           400
   396   397   398   399   400   401   402   403   404   405   406