Page 119 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 DESEMBER 2020
P. 119

Berdasarkan berkas permohonan perbaikan mereka, ada 48 ketentuan di dalam UU Ciptaker
              yang  hendak  mereka  uji.  Ketentuan  yang  diuji  tersebut  berasal  dari  tiga  pasal  di  dalam  UU
              Ciptaker, yakni pasal 81, pasal 82, dan pasal 83.

              Pasal yang ketentuan di dalamnya paling banyak diuji ada pada pasal 81, yakni sebanyak 44
              ketentuan. Sisanya dua ketentuan di pasal 82 dan dua ketentuan di pasal 83.

              Kemudian ketentuan soal waktu kerja, cuti, upah dan upah minimum, pemutusan hubungan
              kerja (PHK), uang pesangon (UP), uang penggantian hak (UPH), dan uang penghargaan masa
              kerja (UPMK), penghapusan sanksi pidana, dan jaminan sosial.

              Dalam  bagian  kerugian  konstitusional  dijelaskan  alasan  gugatan  itu  diajukan.  Salah  satu  di
              antaranya soal tenaga kerja asing (TKA) yang diatur dalam Pasal 81 angka 4 UU Ciptaker itu.

              Para pemohon merasa mendapatkan kerugian konstitusional dari aturan tersebut karena aturan
              itu membuat pengaturan proses rekrutmen dan penempatan TKA di Indonesia menjadi lebih
              mudah.

              Di sana dijelaskan, pemberi kerja yang mempekerjakan TKA tidak lagi wajib memiliki izin, yakni
              izin  tertulis  dari  menteri  atau  pejabat  yang  ditunjuk.  Pemberi  kerja  cukup  memiliki  Rencana
              Penggunaan TKA (RPTKA).

              Namun, di aturan itu tidak disebutkan secara jelas kriteria keterangan yang harus dimuat dalam
              RPTKA  yang  sebelumnya  ditentukan  di  UU  ketenagakerjaan.  Pemohon  khawatir  TKA  dapat
              mengisi lapangan pekerjaan yang semestnya adalah hak pekerja atau buruh Indonesia.

              Berkas perbaikan permohonan bernomor 101/PUU-XVIII/2020 itu diberikan ke MK pada tanggal
              7  Desember  2020  lalu.  Berkas  perbaikan  permohonan  ini  diajukan  oleh  sejumlah  pemohon.
              Beberapa pemohon berasal dari serikat pekerja, yakni dari KSPI, Konfederasi Serikat Pekerja
              Seluruh Indonesia (KSPSI), FSPMI.

              Kemudian ada juga pemohon berstatus pekerja tetap, pekerja kontrak, dan pekerja alih daya.
              Para pemohon memberikan kuasa kepada 20 kuasa hukum dalam berperkara di MK.


































                                                           118
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124