Page 119 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 NOVEMBER 2020
P. 119

Ringkasan

              Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan perlu mengkaji ulang kebijakan penetapan Upah Minimum
              Provinsi  (UMP)  asimetris  untuk  tahun  2021.  Sebab,  ketentuan  tersebut  sulit  diawasi  dan
              diterapkan. ''KEBIJAKAN ini sulit dipantau karena ada kecuali-kecualinya. Lebih baik nggak usah
              dinaikin,  atau  (naik)  disamaratakan  semuanya,"  ujar  Pengamat  Kebijakan  Publik,  Agus
              Pambagio.



              KEBIJAKAN UMP ASIMETRIS DKI JAKARTA SULIT DIAWASI

              Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan perlu mengkaji ulang kebijakan penetapan Upah Minimum
              Provinsi  (UMP)  asimetris  untuk  tahun  2021.  Sebab,  ketentuan  tersebut  sulit  diawasi  dan
              diterapkan. ''KEBIJAKAN ini sulit dipantau karena ada kecuali-kecualinya. Lebih baik nggak usah
              dinaikin,  atau  (naik)  disamaratakan  semuanya,"  ujar  Pengamat  Kebijakan  Publik,  Agus
              Pambagio.

              Menurut Agus, kebijakan asimetris (tidak seragam) atau tergantung posisi keuangan perusahaan
              dalam menetapkan UMP, menyulitkan petugas lapangan di dalam mengawasi mana perusahaan
              yang terdampak Virus Corona dan mana yang tidak.

              "Pemprov  (Pemerintah  Provinsi)  DKI  tidak  memerincikan  batasan  dan  syarat  industri  yang
              terdampak Corona dan yang tidak terdampak. Kalau begitu, bagaimana cara mengetahuinya,"
              kritik Agus.

              Ketua Umum Dewan Pengurus Daerah I limpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Ketum DPD
              Hippi)  DKI  Jakarta,  Sarman  Simanjorang  meminta  Anies  Baswedan  untuk  membeberkan
              perusahaan yang terdampak Virus Corona.
              "Data itu untuk mencegah munculnya persepsi yang berbeda antara pengusaha dan kalangan
              serikat pekerja/buruh," katanya.

              Menurutnya, kebijakan UMP asimetris memerlukan kepastian data. Diperkirakannya, sekitar 90
              persen pengusaha di Jakarta terdampak pandemi Covid-19.

              “Jakarta merupakan kota jasa, ketika pergerakan manusia dan operasional usaha dibatasi, maka
              kegiatan ekonomi stagnan," terang Sarman.

              Dia  mengungkapkan,  pandemi  Corona  di  Jakarta  sudah  berlangsung  delapan  bulan.  Omzet
              berbagai sektor usaha mengalami penurunan. Sektor yang teRp ukul antara lain hotel, restoran,
              kafe, cat e ring, pusat perdagangan, mall, properti, otomotif, transportasi, evenl organizer dan
              masih banyak sektor lainnya.

              "Kami berharap agar Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Tenaga Kerja di semua tingkatan
              dapat mengawal kebijakan ini," ujarnya.
              Jangan  sampai,  lanjut  Sarman,  persepsi  di  kalangan  serikat  pekerja/buruh  berbeda  dalam
              menetapkan berdampak atau tidak berdampak Virus Corona.

              Sarman mengaku, kalangan pelaku usaha belum menerima dan membaca Peraturan Gubernur
              (Pergub)  mengenai  UMP  asimetris.  Namun,  diharapkannya,  ketentuan  antara  perusahaan
              terdampak Corona dan tidak, dijelaskan secara komprehensif. Sehingga, pelaku usaha tidak perlu
              lagi mengajukan surat permohonan ke Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi (Disnakertrans) DKI
              Jakarta.



                                                           118
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124