Page 469 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 NOVEMBER 2020
P. 469

Gubernur meminta pekerja dan masyarakat untuk memaklumi krisis akibat Covid-19 ini. Di lain
              sisi,  dengan  jumlah  manufaktur  di  Jawa  Barat  yang  mencapai  60  persen  total  manufaktur
              nasional, kondisi UMP ini tidak bisa dibandingkan dengan kenaikan UMP di sejumlah provinsi
              lainnya.

              "Makanya saya mohon dipermaklumkan, dan tidak bisa diperbandingkan. Karena tadi, di Jateng
              begitu, di DKI ada syarat kan. Karena kami industrinya mayoritas ada di Jawa Barat," tuturnya.

              Sebelumnya, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP)
              Provinsi  Jabar  tahun  2021  sebesar  Rp  1.810.351,36.  Besaran  UMP  Jabar  2021  diatur  dalam
              Keputusan  Gubernur  Jabar  Nomor  561/Kep.722-Yanbangsos/2020  tentang  Upah  Minimum
              Provinsi Jawa Barat Tahun 2021.

              Penetapan tersebut pun sudah diumumkan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
              Jabar Rachmat Taufik Garsadi dalam jumpa pers di Gedung Sate, Kota Bandung, Sabtu (31/10).

              "Sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015, bahwa gubernur selambat-
              lambatnya harus menetapkan dan mengumumkan UMP pada tanggal 1 November.

              Kewajiban itu harus dilaksanakan," kata Rachmat.

              Rachmat menyatakan, penetapan UMP Jabar mengikuti Surat Edaran (SE) Menteri Tenaga Kerja
              Nomor M/ll/HK.04/X/2020 tentang Penetapan Upah Minimum Tahun 2021 Pada Masa Pandemi
              COVID-19 dan Surat Rekomendasi Dewan Pengupahan Jabar Nomor Nomor 561/51/X/Depeprov
              perihal Rekomendasi UMP Jabar 2021.

              "Aturan  terkait  penetapan  upah  minimum  ini  adalah  Peraturan Pemerintah  Nomor  78 Tahun
              2015. Yang pertama bahwa lima tahun setelah penetapan PP ini segera ditetapkan kebutuhan
              hidup layak (KHL)," ucapnya.
              "Aturan  mengenai  penggunaan  KHL  sudah  keluar,  yakni  Peraturan  Menteri  Ketenagakerjaan
              (Permenaker) Nomor 18 Tahun 2020. Aturan itu mengharuskan Dewan Pengupahan Provinsi
              segera menetapkan KHL berdasarkan data-data dari BPS (Badan Pusat Statistik)," katanya.

              Akan tetapi, kata Rachmat, hingga rapat pleno Dewan Pengupahan Provinsi Jabar berlangsung
              pada 27 Oktober, BPS belum merilis data-data KHL.

              Selain  itu,  berdasarkan  PP  Nomor  78  Tahun  2015,  penetapan  UMP  itu  dilandasi  UMP  tahun
              berjalan dikalikan penambahan dari inflasi dan laju pertumbuhan ekonomi.

              "Sampai saat ini, kami belum menerima rilis data inflasi untuk triwulan ke III 2020 dari BPS.
              Rencananya, data inflasi akan dirilis 2 November 2020. Sedangkan, laju pertumbuhan ekonomi
              pada 4 November," katanya.

              Rachmat menyatakan, jika merujuk pada inflasi dan laju pertumbuhan ekonomi triwulan II 2020,
              maka UMP Jabar dipastikan akan menurun.
              Oleh karena itu, pihaknya mengikuti SE Menteri Tenaga Kerja Nomor M/ll/HK.04/X/2020.


              "Kalau melihat data rilis BPS di triwulan II, maka LPE Jabar itu minus 5,98. Kalau melihat inflasi
              di bulan September itu 1,7, maka UMP Jabar dipastikan turun. Jalan tengahnya, kami mengikuti
              SE  Menteri  Tenaga  Kerja  untuk  menetapkan  UMP  Tahun  2021  sama  dengan  UMP  tahun
              sebelumnya," katanya.

              Rachmat  juga  mengatakan,  dengan  penetapan  itu,  maka  upah  minimum  kabupaten/kota  di
              Provinsi Jabar harus lebih besar dari UMP Jabar tahun 2021.


                                                           468
   464   465   466   467   468   469   470   471   472   473   474