Page 363 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 APRIL 2021
P. 363

BP2MI KATAKAN TIDAK ADA DATA VALID TATA KELOLA PERLINDUNGAN ABK

              Jakarta  -Kepala  Badan  Pelindungan  Pekerja  Migran  Indonesia  (BP2MI)  Benny  Rhamdani
              mengungkapkan ketiadaan data tunggal yang valid menjadi kendala dalam upaya tata kelola
              perlindungan anak buah kapal (ABK) Indonesia yang bekerja di kapal asing.

              "Saya  mencermati  dan  mesti  mengakui  bahwa  ketiadaan  data  tunggal  yang  valid  mengenai
              jumlah ABK perikanan dan PMI (Pekerja Migran Indonesia) secara umum, ini yang jadi kendala
              yang  dihadapi  pemerintah  Indonesia.  Bagaimana  kita  bisa  beri  perlindungan  maksimal  bila
              jumlah  yang  kita  lindungi  kita  tidak  ketahui  secara  pasti,"  katanya  dalam  webinar
              "Mempertanyakan Komitmen Multi-Pihak dalam Melindungi ABK Indonesia di Kapal Ikan Asing",
              Rabu.

              Benny mengungkapkan PMI, termasuk para awak kapal merupakan pahlawan devisa yang telah
              memberikan  sumbangan  besar  bagi  negara  berupa  remiten  sebesar  Rp158,9  triliun  setiap
              tahunnya.
              "Itu  sama  dengan  7  persen  dari  total  anggaran  pendapatan  dan  belanja  negara  (APBN),"
              katanya.

              Dengan kontribusinya yang besar, pemerintah pun sangat serius memperbaiki regulasi melalui
              diterbitkannya peraturan turunan UU Perlindungan Pekerja Migran Indonesia guna membenahi
              tata kelola penempatan sekaligus perlindungan bagi PMI, termasuk para awak kapal perikanan.

              Dalam kesempatan yang sama, Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) juga menyoroti masalah
              data sebagai salah satu masalah utama yang terjadi terkait penempatan dan perlindungan ABK
              di kapal asing.

              "Diperlukan database ABK yang terintegrasi," kata CEO IOJI Mas Achmad Santosa.
              Masalah utama lain yang masih terjadi yaitu terkait duplikasi kewenangan dalam rekrutmen dan
              penempatan ABK, belum efektifnya pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran
              HAM  ABK  dan  pelaku  tindak  pidana  perdagangan  orang  (TPPO)  serta  soal  kesadaran  dan
              pengetahuan terkait hak ABK dan calon ABK yang akan bekerja di kapal ikan asing.

              "UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, salah satunya ABK
              kapal, juga membutuhkan perangkat aturan pelaksana terutama soal bagaimana menjabarkan
              bentuk-bentuk perlindungan sebelum, selama dan setelag bekerja maupun perlindungan hukum,
              ekonomi, maupun perlindungan sosial," katanya.

              Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menambahkan sesuai dengan UU Nomor 18 Tahun 2017,
              awak kapal perikanan Indonesia yang bekerja di kapal berbendera asing merupakan bagian dari
              PMI yang dilindungi sepenuhnya oleh negara.
              Perlindungan PMI mencakup perlindungan baik sebelum selama maupun setelah bekerja. PMI
              juga dilindungi dari sisi hukum, sosial dan ekonomi. Demikian pula hak dan kewajiban PMI dan
              keluarganya yang telah dirumuskan dan dilindungi dalam UU tersebut.

              "Dengan demikian, hak awak kapal perikanan Indonesia dan PMI lain berikut keluarganya sudah
              dilindungi oleh UU ini. Tapi harus diakui, dalam konteks perbudakan di laut, kita masih melihat
              banyak hak PMI berikut keluarganya yang dilanggar," kata Ida. (Antara).








                                                           362
   358   359   360   361   362   363   364   365   366   367   368