Page 410 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 APRIL 2021
P. 410

Lalu, bagaimana sebenarnya kondisi keuangan perusahaan yang sudah beroperasi sejak 1979
              itu? Mengutip laporan keuangan perusahaan yang disampaikan di Keterbukaan Informasi Bursa
              Efek  Indonesia  (BEI),  Rabu  (14/4/2021),  dari  awal  tahun  sampai  September  2020,  emiten
              berkode saham FAST ini mencatatkan rugi hingga Rp 298,33 miliar atau nyaris dua kali lipat
              dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat laba rugi sebesar Rp 175,69
              miliar.

              Kerugian terjadi seiring dengan pendapatan yang juga terkoreksi cukup dalam dari sebesar Rp
              5,01  triliun  menjadi  Rp  3,58  triliun  (periode  Januari-September  2019  dibanding  2020).
              Penurunan terjadi di semua sumber pendapatan, mulai pendapatan dari makanan dan minuman
              turun dari Rp 4,93 triliun menjadi Rp 3,54 triliun. Lalu, pendapatan dari jualan konsinyasi CD
              juga turun dari Rp 68,8 miliar menjadi Rp 41,49 miliar dan pendapatan dari jasa layanan antar
              dari Rp 5,49 miliar menjadi Rp 3,55 miliar.

              Selama periode itu, tampak perusahaan berupaya melakukan efisiensi salah satunya terlihat dari
              beban operasional gaji karyawan terlihat menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya.
              Beban gaji di segmen penjualan dan distribusi berkurang dari Rp 675 miliar menjadi Rp 671,7
              miliar, demikian juga beban gaji di segmen umum dan administrasi berkurang dari Rp 269,58
              miliar menjadi Rp 265,52 miliar.

              Perseroan  memang  melaporkan  adanya  pengurangan  karyawan  tetap  sepanjang  periode
              tersebut, dari awalnya sebanyak 16.968 orang sampai akhir 2019, menjadi hanya 16.075 orang
              sampai 30 September 2020. Namun, tak dijelaskan pengurangan karyawan tetap apakah dengan
              PHK atau mengundurkan diri secara sukarela.

              Beban-beban operasional lainnya ada juga yang mengalami pengurangan, namun ada juga yang
              bertambah, sehingga total beban pokok penjualan perusahaan menjadi Rp 1,45 triliun dari Rp
              1,87 triliun.

              Di  akhir  laporannya,  perusahaan  tak  memungkiri  ikut  terdampak  dan  mungkin  akan  terus
              terdampak oleh pandemi COVID-19.
              "Dampak  virus  COVID-19  terhadap  ekonomi  global  dan  Indonesia  berpengaruh  kepada
              pertumbuhan  ekonomi.  Melemahkan  daya  beli  pelanggan,  dan  kebijakan  publik  yang
              diberlakukan  untuk  menahan  penyebaran  COVID-19  mengakibatkan  gangguan  operasional,
              menyebabkan  penurunan  penjualan  yang  tidak  diperkirakan  sebelumnya,"  tulis  laporan
              keuangan FAST kepada BEI.

              Perseroan  tak  memungkiri  dampak  pandemi  itulah  yang  membuat  perusahaan  mengalami
              pertumbuhan  penjualan  yang  negatif  untuk  periode  sembilan  bulan  yang  berakhir  pada  30
              September 2020 dan mengalami kerugian bersih sebagaimana diungkapkan dalam laporan laba
              rugi dan penghasilan komprehensif lain.

              "Menanggapi kondisi diatas, tindakan yang telah dan akan diambil oleh Manajemen diantaranya
              adalah  pengurangan  kegiatan  pemasaran  dan  dukungan  dana,  promosi,  pengurangan  dan
              efisiensi biaya," tambahnya.

              Tingginya tingkat ketidakpastian karena hasil yang tidak terduga dari wabah virus COVID-19
              tersebut, membuat perusahaan sulit memperkirakan masa depan keuangannya.

              "Saat ini tidak praktis untuk mengungkapkan sejauh mana dampak masa depan yang mungkin
              terjadi dari asumsi atau sumber ketidakpastian estimasi lainnya pada akhir periode pelaporan,"
              imbuhnya.




                                                           409
   405   406   407   408   409   410   411   412   413   414   415