Page 80 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 JUNI 2021
P. 80

Salah satunya, integrasi data dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan
              oleh BPJS Kesehatan.
              "Integrasi data dengan BPJS Kesehatan untuk program JKN ini pun masih on progress prosesnya.
              Harapannya nanti di Juni ini kami bisa sama-sama memastikannya, karena salah satu kriteria
              yang eligible menerima JKP adalah mengikuti program JKN," imbuhnya.

              Dalam  kesempatan  yang  sama,  Direktur  Kepesertaan  BPJS  Ketenagakerjaan  Zainudin
              mengungkapkan ada empat tantangan program JKP. Pertama, meningkatkan jumlah peserta JKP
              lantaran program anyar ini lahir di tengah tren penurunan kepesertaan akibat pandemi covid-
              19.

              "Tantangannya  adalah  bagaimana  akselerasi  jumlah  peserta  agar  banyak  orang  yang  bisa
              menikmati  JKP,  karena  JKP  dilahirkan  sebagai  satu  insentif  bagi  peserta,"  ujarnya,  Kedua,
              tantangan dari sisi kepatuhan lantaran syarat mendapatkan fasilitas JKP adalah membayar iuran
              paling sedikit 12 bulan dalam 24 bulan. Mereka juga wajib membayar iuran selama enam bulan
              berturut-turut sebelum terkena PHK.

              Selain  itu,  untuk  pemberi  kerja  atau  perusahaan  skala  menengah  besar  wajib  mendaftarkan
              pekerja  dalam  empat  program  jaminan  sosial  di  BPJS  Ketenagakerjaan  meliputi  Jaminan
              Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Pensiun (JP), dan Jaminan Kematian
              (JKM). Selain itu, pekerja juga wajib terdaftar sebagai peserta JKN yang yang diselenggarakan
              oleh BPJS Kesehatan.

              Sedangkan, pekerja untuk usaha kecil dan mikro wajib diikutsertakan sekurang-kurangnya dalam
              program JKK, JHT, dan JKM oleh BPJS Ketenagakerjaan serta JKN oleh BPJS Kesehatan.

              "Bagi  yang  patuh  nanti otomatis  tanpa tambahan  iuran,  jadi  perusahaan  akan  bayar  seperti
              biasa, tapi oleh pemerintah ditambahkan iuran 0,22 persen dan sebagian iuran JKK dan JKM
              yang dibayarkan seperti biasanya akan dilakukan rekomposisi iuran," ujarnya.
              Ketiga, integrasi dengan data JKN. Keempat, tantangan hubungan kerja karena sebagian besar
              pekerja merupakan tenaga kontrak atau outsourcing.

              "Itu minimal empat tantangan yang dihadapi JKP, namun kami optimis dengan program baru ini
              akan men-trigger kepatuhan kepesertaan jaminan sosial, bukan hanya di BPJS Ketenagakerjaan
              tapi juga JKN, karena yang mau diciptakan JKP ini adalah ekosistem jaminan sosial yang baik,"
              ujarnya.

              Seperti diketahui, iuran JKP sebesar 0,46 persen dari upah pekerja/buruh per bulan. Total iuran
              itu bersumber dari iuran pemerintah sebesar 0,22 persen dan rekomposisi iuran sebesar 0,24
              persen. Detailnya, rekomposisi iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar 0,14 persen dan
              rekomposisi iuran Jaminan Kematian (JKM) sebesar 0,10 persen.

              Sedangkan, manfaat yang diterima peserta JKP meliputi uang tunai, akses informasi pasar kerja,
              dan pelatihan kerja.

              Manfaat  dalam  bentuk  uang  tunai  diberikan  sebesar  45  persen  dari  upah  untuk  tiga  bulan
              pertama dan 25 persen dari upah untuk tiga bulan berikutnya. Namun, pemerintah membatasi
              jangka waktu pemberian manfaat uang tunai selama enam bulan.

              $(document).ready(function () { console.log("berhasil ke load"); $('.avp-p-cn-close').on('click',
              function(){ console.log("clicked"); $('#aniBox').remove(); }); });.




                                                           79
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85