Page 414 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 AGUSTUS 2020
P. 414

menjadi bahan perdebatan tersebut langsung dengan memberi penjelasan tentang RUU inisiasi
              pemerintah ini kepada masyarakat.


              MENTERI ATR/BPN LURUSKAN MISPERSEPSI RUU CIPTA KERJA

              JAKARTA -- Pro dan kontra terhadap  RUU Cipta Kerja  masih berlanjut. Informasi tidak utuh
              yang  berkembang  di  masyarakat  menyebabkan  muatan  RUU  ini  diterjemahkan  tidak
              sebagaimana  mestinya.  Kementerian  ATR/BPN  sebagai  salah  satu  Kementerian  yang  terlibat
              dalam penyusunan RUU ini berusaha meluruskan informasi-informasi tentang RUU Cipta Kerja
              yang menjadi bahan perdebatan tersebut langsung dengan memberi penjelasan tentang RUU
              inisiasi pemerintah ini kepada masyarakat.

              "Ada dua penyebab penolakan RUU cipta kerja ini, yang pertama karena tidak tahu isi RUU ini,
              dan yang kedua karena kepentingannya terganggu," ujar Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
              Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan A Djalil saat memberikan penjelasan tentang RUU
              Cipta  Kerja  kepada  civitas  academica  Universitas  Sembilan  Belas  November  Kolaka,  Selasa
              (25/8), dalam siaran persnya.

              Pada diskusi virtual tentang RUU Cipta Kerja ke-15 ini, Sofyan A Djalil juga menjelaskan bahwa
              pemerintah menginisiasi peraturan ini untuk menyederhanakan regulasi. "Negara kita tidak bisa
              bertumbuh cepat karena terlalu banyak aturan, RUU ini menyederhanakan 79 undang-undang,
              1.203 pasal," ujar Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini.

              "Barangkali ada yang pernah mendengar RUU Cipta Kerja ini pro pengusaha besar, itu tidak
              benar sama sekali. RUU ini diciptakan pemerintah untuk menyederhanakan izin, sehingga yang
              kecil-kecil bisa membuka usaha dengan mudah, ekonomi dapat bertumbuh. Saya yakin ini sangat
              bermanfaat, mahasiswa yang lulus akan mudah mendapat pekerjaan, pelaku UMKM akan mudah
              membuka usaha," tambah Sofyan A Djalil.
              Selain  Menteri  ATR/Kepala  BPN,  diskusi  ini  juga  menghadirkan  Direktur  Jenderal  Penataan
              Agraria Kementerian ATR/BPN Andi Tenrisau. Pada kesempatan ini Andi Tenrisau menjelaskan
              bahwa tidak benar jika RUU Cipta Kerja akan menghapuskan perizinan sepenuhnya sehingga
              akan menimbulkan chaos. "Dalam RUU Cipta Kerja, perizinan berusaha itu akan berbasis risiko,
              dihitung dari tingkat dan potensi bahaya terkait dengan kesehatan, keselamatan, lingkungan dan
              pemanfaatan sumber daya. Apabila risikonya tinggi, tentu harus tetap menggunakan izin, beda
              dengan yang risikonya rendah," ujar Andi Tenrisau.

              Diskusi yang dimoderatori dengan apik oleh Dekan Fakultas Hukum Universitas Sembilan Belas
              November Kolaka, Yahyanto ini diikuti dengan antusias oleh 300 orang. Peserta tidak hanya
              berasal dari civitas academica Universitas Sembilan Belas November Kolaka, turut hadir beberapa
              pengurus LSM, notaris serta jajaran Kementerian ATR/BPN.

              Pada  kesempatan  ini,  Rektor  Universitas  Sembilan  Belas  November  Kolaka,  Azhari  sangat
              mengapresiasi  dilaksanakannya  diskusi  ini.  "Terima  kasih  Pak  Menteri  beserta  jajaran
              Kementerian ATR/BPN, ini langkah yang baik, di saat seperti ini melakukan webinar, termasuk
              dengan kami yang di pelosok diberikan kepercayaan untuk berdiskusi secara langsung, menjadi
              mitra kementerian ATR/BPN untuk mendiskusikan kebijakannya," tutup Azhari..









                                                           413
   409   410   411   412   413   414   415   416   417   418   419