Page 410 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 AGUSTUS 2020
P. 410

MENTERI ATR UNGKAP 2 PENYEBAB RUU CIPTA KERJA BANYAK DITOLAK

              Jakarta  -  Pro dan kontra terhadap RUU Cipta Kerja masih berlanjut. Informasi tidak utuh yang
              berkembang  di  masyarakat  menyebabkan  muatan  RUU  ini  diterjemahkan  tidak  sebagaimana
              mestinya.

              Kementerian ATR/BPN merupakan salah satu instansi yang terlibat dalam penyusunan RUU Cipta
              Kerja  sehingga  wajib  meluruskan  informasi-informasi.  Menteri  ATR/BPN Sofyan  Djalil  menilai
              adanya  pro  dan  kontra  disebabkan  oleh  dua  hal.  Yaitu  ketidaktahuan  dan  kepentingannya
              terganggu.

              "Ada dua penyebab penolakan RUU cipta kerja ini, yang pertama karena tidak tahu isi RUU ini,
              dan  yang  kedua  karena  kepentingannya  terganggu,"  ujar  Sofyan  seperti  yang  dikutip  dari
              keterangan resminya, Jakarta, Rabu (26/8/2020).

              Hal itu diungkapkannya saat memberikan penjelasan tentang RUU Cipta Kerja kepada civitas
              academica Universitas Sembilan Belas November Kolaka, Selasa (25/08). Pada diskusi virtual ini,
              Sofyan  menjelaskan  bahwa  pemerintah  menginisiasi  peraturan  ini  untuk  menyederhanakan
              regulasi.

              "Negara  kita  tidak  bisa  bertumbuh  cepat  karena  terlalu  banyak  aturan,  RUU  ini
              menyederhanakan 79 undang-undang, 1.203 pasal," katanya.
              "Barangkali ada yang pernah mendengar RUU Cipta Kerja ini pro pengusaha besar, itu tidak
              benar sama sekali. RUU ini diciptakan pemerintah untuk menyederhanakan izin, sehingga yang
              kecil-kecil bisa membuka usaha dengan mudah, ekonomi dapat bertumbuh. Saya yakin ini sangat
              bermanfaat, mahasiswa yang lulus akan mudah mendapat pekerjaan, pelaku UMKM akan mudah
              membuka usaha," tambahnya.

              Selain  Menteri  ATR/Kepala  BPN,  diskusi  ini  juga  menghadirkan  Direktur  Jenderal  Penataan
              Agraria  Kementerian  ATR/BPN  Andi  Tenrisau. Pada  kesempatan  ini  Andi  menjelaskan  bahwa
              tidak  benar  jika  RUU  Cipta  Kerja  akan  menghapuskan  perizinan  sepenuhnya  sehingga  akan
              menimbulkan chaos.

              "Dalam RUU Cipta Kerja, perizinan berusaha itu akan berbasis risiko, dihitung dari tingkat dan
              potensi bahaya terkait dengan kesehatan, keselamatan, lingkungan dan pemanfaatan sumber
              daya. Apabila risikonya tinggi, tentu harus tetap menggunakan izin, beda dengan yang resikonya
              rendah," kata Andi.

              Pada  kesempatan  ini,  Rektor  Universitas  Sembilan  Belas  November  Kolaka,  Azhari  sangat
              mengapresiasi dilaksanakannya diskusi ini.
              "Terima kasih Pak Menteri beserta jajaran Kementerian ATR/BPN, ini langkah yang baik, di saat
              seperti ini melakukan webinar, termasuk dengan kami yang di pelosok diberikan kepercayaan
              untuk berdiskusi secara langsung, menjadi mitra kementerian ATR/BPN untuk mendiskusikan
              kebijakannya," kata Azhari.

              Diskusi yang dimoderatori dengan apik oleh Dekan Fakultas Hukum Universitas Sembilan Belas
              November Kolaka, Yahyanto ini diikuti dengan antusias oleh 300 orang. Peserta tidak hanya
              berasal dari civitas academica Universitas Sembilan Belas November Kolaka, turut hadir beberapa
              pengurus LSM, notaris serta jajaran Kementerian ATR/BPN.

              (hek/fdl)


                                                           409
   405   406   407   408   409   410   411   412   413   414   415