Page 408 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 AGUSTUS 2020
P. 408

OMNIBUS LAW CIPTA KERJA BANYAK DITOLAK, MENTERI ATR UNGKAP
              PENYEBABNYA
              Jakarta  -  Pro dan kontra terhadap  Omnibus Law  Cipta Kerja masih berlanjut. Informasi tidak
              utuh  yang  berkembang  di  masyarakat  menyebabkan  muatan  RUU  ini  diterjemahkan  tidak
              sebagaimana  mestinya.  Kementerian  ATR/BPN  merupakan  salah  satu  instansi  yang  terlibat
              dalam  penyusunan  RUU  Cipta  Kerja  sehingga  wajib  meluruskan  informasi-informasi.  Menteri
              ATR/BPN Sofyan Djalil menilai adanya penolakan disebabkan oleh dua hal. Yaitu ketidaktahuan
              dan kepentingannya terganggu.

              "Ada dua penyebab penolakan (  Omnibus Law  ) RUU cipta kerja ini, yang pertama karena tidak
              tahu isi RUU ini, dan yang kedua karena kepentingannya terganggu," ujar Sofyan seperti yang
              dikutip dari keterangan resminya, Jakarta, Rabu (26/8/2020).

              Hal itu diungkapkannya saat memberikan penjelasan tentang  Omnibus Law  Cipta Kerja kepada
              civitas academica Universitas Sembilan Belas November Kolaka, Selasa (25/08). Pada diskusi
              virtual  ini,  Sofyan  menjelaskan  bahwa  pemerintah  menginisiasi  peraturan  ini  untuk
              menyederhanakan regulasi.

              "Negara  kita  tidak  bisa  bertumbuh  cepat  karena  terlalu  banyak  aturan,  RUU  ini
              menyederhanakan 79 undang-undang, 1.203 pasal," katanya.
              "Barangkali ada yang pernah mendengar (  Omnibus Law  ) RUU Cipta Kerja ini pro pengusaha
              besar, itu tidak benar sama sekali. RUU ini diciptakan pemerintah untuk menyederhanakan izin,
              sehingga yang kecil-kecil bisa membuka usaha dengan mudah, ekonomi dapat bertumbuh. Saya
              yakin ini sangat bermanfaat, mahasiswa yang lulus akan mudah mendapat pekerjaan, pelaku
              UMKM akan mudah membuka usaha," tambahnya.

              Selain  Menteri  ATR/Kepala  BPN,  diskusi  ini  juga  menghadirkan  Direktur  Jenderal  Penataan
              Agraria  Kementerian  ATR/BPN  Andi  Tenrisau. Pada  kesempatan  ini  Andi  menjelaskan  bahwa
              tidak  benar  jika  RUU  Cipta  Kerja  akan  menghapuskan  perizinan  sepenuhnya  sehingga  akan
              menimbulkan chaos.

              "Dalam RUU Cipta Kerja, perizinan berusaha itu akan berbasis risiko, dihitung dari tingkat dan
              potensi bahaya terkait dengan kesehatan, keselamatan, lingkungan dan pemanfaatan sumber
              daya. Apabila risikonya tinggi, tentu harus tetap menggunakan izin, beda dengan yang resikonya
              rendah," kata Andi.

              Pada  kesempatan  ini,  Rektor  Universitas  Sembilan  Belas  November  Kolaka,  Azhari  sangat
              mengapresiasi dilaksanakannya diskusi ini.

              "Terima kasih Pak Menteri beserta jajaran Kementerian ATR/BPN, ini langkah yang baik, di saat
              seperti ini melakukan webinar, termasuk dengan kami yang di pelosok diberikan kepercayaan
              untuk berdiskusi secara langsung, menjadi mitra kementerian ATR/BPN untuk mendiskusikan
              kebijakannya," kata Azhari.

              Diskusi yang dimoderatori dengan apik oleh Dekan Fakultas Hukum Universitas Sembilan Belas
              November Kolaka, Yahyanto ini diikuti dengan antusias oleh 300 orang. Peserta tidak hanya
              berasal dari civitas academica Universitas Sembilan Belas November Kolaka, turut hadir beberapa
              pengurus LSM, notaris serta jajaran Kementerian ATR/BPN.

              (hek/fdl)






                                                           407
   403   404   405   406   407   408   409   410   411   412   413