Page 430 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 AGUSTUS 2020
P. 430

DPR DAN BURUH SEPAKATI EMPAT HAL

              Demo RUU Cipta Kerja Meluas

              Pimpinan DPR bersepakat setidak-tidaknya dalam empat hal dengan para buruh terkait Omnibus
              Law RUU Cipta  Kerja. Kesepakatan itu terjadi setelah Wakil Ketua DPRSufmi Dasco Ahmad dan
              dua pimpinan Badan Legislasi DPR, Willy Aditya dan Supratman Andi Agtas, menemui pendemo
              dari serikat buruh yang menolak RUU Cipta Kerja, di depan kompleks MPR/DPR, Jakaita, Selasa
              (25/8).

              Willy  mengungkapkan,  kesepakatan  pertama  adalah  materi  muatan  Kiaster  Ketenagakerjaan
              RUU Cipta Kerja yang sudah diatur dalam putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tak bisa diganggu
              gugat.

              "Jadi  terkait  perjanjian  kerja  waktu  tertentu,  upah,  pesangon,  hubungan  kerja,  PHK,
              penyelesaian  perselisihan  hubungan  industrial,  jaminan  sosial,  dan  materi  muatan  lain  yang
              terkait dengan putusan MK, harus didasarkan pada putusan Mahkamah Konstitusi," kata dia.

              Lalu kesepakatan kedua adalah soal sanksi pidana ketenagakerjaan dalam RUU Cipta Kerja akan
              dikembalikan sesuai ketentuan dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

              Kesepakatan ketiga berkenaan dengan hubungan ketenagakerjaan yang lebih adaptif terhadap
              perkembangan industri 4.0. Nantinya, pengaturan hubungan itu dapat dimasukkan di dalam RUU
              Cipta Kerja dan terbuka terhadap masukan publik.
              "Dan terakhir akan memasukkan pokok-pokok pikiran dari serikat buruh ke dalam DIM (daftar
              inventarisasi masalah) tiap fraksi," kata Willy.

              Selain itu, pihaknya akan memperjuangkan asipirasi buruh untuk mempersingkat masa sengketa
              perburuhan yang prosesnya sering berlarut-larut.

              "Iya, itu salah satu pokok pikiran yang akan kami masukkan ke dalam DIM," ujar Willy.
              Aksi demo di depan kompleks MPR/DPR itu digelar oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia
              (KSP1) bersama elemen serikat buruh lainnya. Mereka memiliki agenda untuk menolak Omnibus
              Law RUU Cipta Kerja dan pemberhentian hubungan kerja (PHK).

              Terdapat sejumlah pasal yang menjadi poin keberatan serikat buruh terkait pengaturan upah
              minimum. Dalam RUU Omnibus Law Ciptaker pemerintah hanya memberlakukan Upah Minimum
              Provinsi (UMP). Itu berarti. Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) akan dihapus.

              Selain itu, buruh dan pekerja juga keberatan terhadap pasal yang menghapus batasan kerja
              kontrak dan oiit-sourcing pada sektor tertentu alias sistem tersebut boleh berlaku di semua lini
              bisnis.  Sebelumnya,  pemerintah  melarang  sistem  kerja  kontrak  dan  outsourcing  pada  sektor
              yang sifatnya tetap atau memiliki keberlanjutan.

              Selain  di  Jakarta,  kemarin  demonstrasi  menolak  Omnibus  Law  RUU  Cipta  Kerja  juga  digelar
              secara serentak di sejumlah daerah di Pulau Jawa dan Sumatera.


              Ketua DPR Puan Maharani mengatakan, pihaknya akan melanjutkan pembahasan RUU Omnibus
              Law  Cipta  Kerja  secara  cermat,  hati-hati,  transparan,  dan  terbuka.  Selain  itu,  DPR  juga
              mengutamakan kesinambungan kepentingan nasional.

              "Parlemen  terbuka  untuk  menyerap  semua  aspirasi  terkait  RUU  Ciptaker.  DPR  juga  akan
              transparan dan cermat dalam pembahasan RUU Ciptaker yang diusulkan pemerintah tersebut,"
              kata Puan.


                                                           429
   425   426   427   428   429   430   431   432   433   434   435