Page 107 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 APRIL 2021
P. 107

BURUH KHAWATIR PROGRAM JAMINAN KEHILANGAN PEKERJAAN JADI LADANG
              KORUPSI BARU
              Buruh mengkritik adanya Jaminan Kehilangan (JKP) yang disiapkan pemerintah khususnya untuk
              para korban yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

              Ketua  Umum  Serikat  Pekerja  Nasional  (SPN),  Djoko  Heriyono,  khawatir  adanya  JKP  malah
              menjadi peluang korupsi baru bagi pejabat yang tidak bertanggung jawab.

              "Jadi kalau teman-teman kehilangan pekerjaan teman-teman dijanjikan Rp 600 ribu sampai 6
              bulan berturut-turut, kemudian diselenggarakan untuk melatih. Ini ruang korupsi baru menurut
              saya," kata Djoko saat konferensi pers secara virtual, Minggu (11/4).

              Djoko merasa uang memang rawan dikorupsi apalagi adanya pencairan tersebut. Selain itu, ia
              mempertanyakan adanya pelatihan hingga pembinaan bagi korban PHK di program JKP.
              Sebab,  kata  Djoko,  di  Kementerian  Ketenagakerjaan  sudah  ada  Dirjen  yang  mengurusi
              permasalahan  tersebut  dan  anggarannya  juga  sudah  ada  setiap  tahunnya.  Sedangkan  JKP
              menggunakan dana di BPJS Ketenagakerjaan.

              "Tapi ini JKP akan menggunakan terapan anggaran uang yang ada di BPJS yang sekarang itu
              portofolionya kurang lebih Rp 500 triliun berupa saham, surat utang, obligasi, dan sebagainya,
              dan itu untuk pengembalian ke kaum buruh itu enggak mungkin dibagi rata," ujar Djoko.

              Seperti diketahui, JKP tersebut sesuai dengan adanya PP nomor 37 tahun 2021 yang mengatur
              Jaminan Kehilangan Pekerjaan.

              Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan PP itu merupakan turunan UU Nomor 11
              tentang Cipta Kerja. Ia mengungkapkan peserta bisa mendapatkan manfaat mulai dari uang
              tunai, akses informasi pasar kerja, hingga pelatihan kerja.

              "Uang tunai 45 persen dari upah 3 bulan pertama. 25 persen dari upah untuk 3 bulan berikutnya,
              dan ini diberikan paling lama selama 6 bulan," kata Ida saat rapat di Komisi IX DPR, Rabu (7/4).

              Mengenai manfaat akses informasi pasar kerja, Ida menjelaskan peserta mendapatkan layanan
              informasi pasar kerja dan atau bimbingan jabatan. Akses tersebut dilakukan oleh pengantar kerja
              atau petugas antar kerja.
              "Kemudian peserta juga berhak mendapatkan pelatihan kerja. Ini pelatihan kerja yang berbasis
              kompetensi  dilakukan  melalui  lembaga  pelatihan  kerja  milik  pemerintah,  swasta,  dan
              perusahaan. Ini Permenakernya sedang kami siapkan," ujar Ida.




















                                                           106
   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112