Page 241 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 APRIL 2021
P. 241

"Untuk  itu,  Australia  merasa  bangga  bisa  bergandengan  tangan  dengan  Indonesia  dalam
              perjalanan  memperkuat  keterwakilan  perempuan  dalam  kepemimpinan,  dan  mencapai
              kesetaraan gender yang lebih baik di tempat kerja," ujar Mr. Cox.

              Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyampaikan bahwa partisipasi perempuan dalam dunia
              kerja di Indonesia meningkat. Meskipun tidak secara otomatis mampu menciptakan kesetaraan
              gender.  Apalagi  selama  pandemi,  tingkat  partisipasi  angkatan  kerja  perempuan  memang
              mengalami peningkatan menjadi 53,13%.

              "Adanya  pandemi  memberikan  beban  tambahan,  mulai  dari  hilangnya  pekerjaan  atau
              pendapatan, meningkatnya beban pengurusan rumah tangga akiba t work from home, school
              from home , sehingga kekerasan dalam rumah tangg a oleh pasangan meningkat seperti yang
              ditemukan dalam studi tingkat global," kata Ida dalam diskusi Woman Lead Forum 2021 Selain
              itu,  pemerintah  juga  mendorong  gerakan  nondiskriminasi  di  tempat  kerja  mengingat  masih
              ditemukan kasus-kasus semacam itu terutama di tengah pandemi seperti saat ini.

              "Laki-laki dan perempuan setara, namun tidak bisa diselesaikan hanya dengan  regulasi. Ada
              aspek  budaya  yang  menghambat  kesetaraan  tersebut,  sehingga  dibutuhkan  sinergi  untuk
              mewujudkan kesetaraan," sebutnya Menurutnya kondisi ketimpangan gender masih ditemukan
              di kalangan pekerja Indonesia, mulai dari ketimpangan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK),
              kesenjangan upah, hingga perlakuan diskriminatif berbasis gender.

              Ida tak memungkiri bahwa dalam persoalan kepemimpinan perempuan masih menjadi PR yang
              harus  diselesaikan.  Seperti  dari  4,1  juta  Aparatur  Sipil  Negara  (ASN),  dimana  52  persennya
              adalah perempuan. Namun justru perempuan yang menduduki jabatan struktural relatif sedikit.

              "Di jabatan tinggi madya, hanya ada 96 orang perempuan, jauh lebih sedikit dari laki-laki yang
              berjumlah 483 orang," paparnya.

              Hambatan yang dihadapi pekerja perempuan ini disebabkan oleh beban ganda, seksisme, dan
              stereotip dalam masyarakat, diskriminasi berbasis gender, hingga pelecehan seksual. Lanjut Ida,
              hambatan ini tidak hanya berdampak pada mereka secara individu dan keluarganya, tetapi juga
              pada potensi ekonomi negara dan Indeks Kesetaraan Gender Indonesia dalam peringkat dunia.

              Dalam kesempatan yang sama, Pemimpin Redaksi IDN Times, Uni Lubis menyebut hal pertama
              yang dilakukannya saat memimpin portal berita daring itu yakni membuat Standard Operational
              Procedure (SOP) dan stylebook mengenai pembuatan konten berita yang berperspektif gender.
              Salah  satunya,  kebijakan  larangan  penggunaan  kata  "cantik"  ketika  menyebut  profesi
              perempuan dalam berita.

              Menurutnya, itu merupakan usahanya untuk meredefinisi sosok perempuan yang selalu disoroti
              aspek ketubuhannya, dan representasinya cenderung berbalut stigma dan seksisme di media
              massa.

              "Misalnya,  waktu  ada  kasus  prostitusi  yang  menimpa  seorang  aktris,  saya  dan  beberapa
              perempuan pemimpin redaksi (pemred) merasa tidak sreg dengan cara media memberitakannya,
              karena cenderung menjatuhkan perempuan," sebutnya.


              Dirinya  juga  menyoroti  minimnya  representasi  narasumber  perempuan  yang  diwawancarai
              jurnalis. Dalam konteks global, keterwakilan narasumber perempuan di media hanya mencapai
              24%.

              "Di era digital ini, jurnalis semakin dituntut dari segi kecepatan membuat berita, sehingga mereka
              cenderung memilih untuk mewawancarai narasumber yang sudah ada, yang mayoritas adalah
              laki-laki.  Padahal,  ada  banyak  sekali  perempuan  yang  kompeten  untuk  diwawancarai,"
              terangnya.
                                                           240
   236   237   238   239   240   241   242   243   244   245   246