Page 51 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 APRIL 2021
P. 51

KSPI: MASIH BANYAK PERUSAHAAN NUNGGAK THR 2020, ADA YANG BARU BAYAR
              RP 250.000
              JAKARTA  -  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  mengungkapkan,  masih  banyak
              perusahaan yang belum melunasi pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) di tahun 2020. Maka,
              pada tahun ini buruh menolak pembayaran THR dicicil kembali.

              Presiden  KSPI  Said  Iqbal  mengatakan,  sedikitnya  masih  ada  sekitar  1.487  pekerja  dari  13
              perusahaan  yang  belum  mendapatkan  hak  pelunasan  THR  2020,  berdasarkan  data  Serikat
              Pekerja Nasional (SPN). KSPI memperkirakan sekitar 54 perusahaan yang masih menunggak
              pembayaran THR.

              Padahal  menurut  Iqbal,  dengan  mulai  pulihnya  perekonomian  dan  banyaknya  insentif  yang
              diberikan pemerintah pada dunia usaha, membuat banyak pengusaha yang sebenarnya sudah
              mampu membayar penuh THR.

              "Perusahaan-perusahaan yang mampu tapi berpura-pura tidak mampu ini banyak, THR-nya di
              2020 belum dilunasi, masa 2021 mau dicicil lagi," ujarnya dalam konferens pers virtual, Minggu
              (11/4/2021).

              Iqbal pun mengungkapkan beberapa perusahaan di wilayah Jakarta dan Banten yang masih
              belum melunasi pembayaran THR, bahkan ada yang baru membayarkan sebesar Rp 250.000.
              Ini berdasarkan data SPN.

              "Di Jakarta saja yang masih nunggak THR 2020, itu ada PT Narawata Makmur baru di bayar 75
              persen, kemudian PT Muroco baru dibayar 75 persen, dan yang parah di Jakarta itu ada PT SPF
              yang baru bayar THR-nya 15 persen," jelas dia.

              "Bahkan ada juga yang lebih parah di Banten, yaitu PT Sejin Lestari baru bayar THR-nya Rp
              250.000, berarti sisanya sampai saat ini belum dilunasi," imbuh Iqbal.

              Ia bilang, mayoritas perusahaan yang menunggak pembayaran THR berasal dari industri padat
              karya (labor intensive) yakni tekstil, garmen, sepatu, makanan dan minuman, hingga komponen
              elektronik.

              Meski demikian, Iqbal bilang, pada dasarnya buruh memaklumi perusahaan yang benar-benar
              terdampak  seperti  di  sektor  pariwisata.  Oleh  sebab  itu,  wajar  bila  pada  sektor  ini  ada
              kesepakatan antara serikat pekerja dan perusahaan terkait THR.
              "Itu wajar kalau kemudian ada kesepakatan bipartit, tetapi perlu melampirkan laporan keuangan
              yang menunjukkan kerugian perusahaan dua tahun berturut-turut," kata dia.

              Pemerintah sebetulnya telah menetapkan sanksi yang akan dikenakan bagi perusahaan yang
              tidak melunasi pembayaran THR, meski sudah diberikan izin untuk mencicil. Namun, kata Iqbal,
              sampai saat ini tak ada perusahaan yang kena sanksi.

              "Faktanya kami belum menerima data satu perusahaan pun yang dihukum atau diberi sanksi
              oleh Kemenaker. Sampai saat ini kami tanya, minta tunjukan satu perusahaan saja yang diberi
              sanksi bagi pelanggar aturan yang tidak bayar THR, tapi enggak ada juga," pungkas Iqbal.









                                                           50
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56