Page 23 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 AGUSTUS 2021
P. 23

Jinto Ferianto, di Bandung, Rabu (4/8/2021). Menurut dia, sepanjang Juli 2021, jumlah buruh
              yang  di-PHK  dan  dirumahkan  cukup  banyak.  "Selama  PPKM  sektor  nonesensial  dilarang
              beroperasi. Sementara itu, pusat industri umumnya ada di zona PPKM level 3 dan 4," katanya.



              ANCAMAN PHK MAKIN BESAR PADA SEKTOR NONESENSIAL

              Ancaman  pemutusan  hubungan  kerja  (PHK)  akan  semakin  besar  dengan  terus  berlanjutnya
              pemberlakuan  pembatasan  kegiatan  masyarakat  (PPKM).  Kondisi  itu  khususnya  pada  sektor
              nonesensial seperti ritel (pusat perbelanjaan), pariwisata, hotel, dan manufaktur.

              Hal itu diungkapkan Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Provinsi Jabar,
              Roy  Jinto Ferianto,  di  Bandung,  Rabu  (4/8/2021).  Menurut  dia,  sepanjang  Juli  2021,  jumlah
              buruh yang di-PHK dan dirumahkan cukup banyak. "Selama PPKM sektor nonesensial dilarang
              beroperasi. Sementara itu, pusat industri umumnya ada di zona PPKM level 3 dan 4," katanya.

              Pengurangan  jumlah  tenaga  kerja  selama  PPKM,  kata  dia,  membuat  sejumlah  perusahaan
              kesulitan  memenuhi  pesanan,  termasuk  untuk  ekspor.  Akibatnya,  banyak  pembeli  yang
              membatalkan pesanan. "Keluhan ini banyak disampaikan sejumlah pengusaha," ucapnya.

              Roy mengatakan, pada dasarnya, buruh memaklumi bahwa saat ini kurva kasus Covid-19 terus
              meningkat. Kondisi itu membuat pemerintah mengambil kebijakan PPKM. Namun, Roy menilai,
              PPKM  tidak  efektif  menekan  kasus  Covid-19.  Sebaliknya,  PPKM  justru  membuat  sektor
              perekonomian melambat.

              Itu sebabnya, buruh meminta agar PPKM segera diakhiri. Menurut dia, cara paling efektif ialah
              vaksinasi  Covid-19  secara  masif  atau  karantina  wilayah.  "Langkah  ini  akan  lebih  efektif
              memblokade penyebaran Covid-19 dan di sisi lain menjaga geliat sektor perekonomian nasional,"
              ujar Roy.

              Stimulus

              Pengamat  ekonomi  dari  Universitas  Pasundan  (Unpas),  Acuviarta  Kartabi  juga  menilai,  terus
              berlanjutnya  PPKM  akan  berdampak  pada  lonjakan  PHK,  termasuk  di  Jabar.  "Hampir  semua
              sektor terdampak, khususnya industri, perdagangan besar dan eceran, perhotelan, dan lainnya.
              Kalaupun pemasaran online bisa menjadi solusi bagi sebagian sektor usaha, tapi kondisinya tidak
              selancar saat sebelum PPKM," ujarnya.
              Ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
              Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky mengusulkan, pemerintah memberi beragam
              stimulus yang memadai agar perusahaan tidak melakukan PHIC Selain subsidi gaji, kata dia,
              perlu juga ada keringanan pajak untuk perusahaan yang tak melakukan PHIC
              "Namun, kunci sebenarnya adalah kebijakan jaring pengaman sosial yang kuat, sehingga rakyat
              yang terkena PHK masih dapat memenuhi kebutuhan dasar," katanya.

              Ia  berpendapat,  PHK  adalah  hal  yang  wajar  terjadi  pada  masa PPKM. "Saya  rasa  PHK yang
              meningkat ini wajar mengingat PPKM yang diperpanjang. Di negara lain pun, lockdown yang
              dilakukan akan menghasilkan peningkatan PHK," ujarnya, seperti dilansir Antara.

              Dengan kata lain, kata Riefky, PHK pasti akan terjadi apabila aturan pembatasan lockdown atau
              pembatasan sosial dilaksanakan. Dia menyebut, dengan kondisi fiskal yang terbatas, akan terlalu
              mahal apabila hendak mencegah PHK.





                                                           22
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28