Page 35 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 OKTOBER 2020
P. 35

BENAHI KOMUNIKASI

              Komunikasi publik terkait Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja mendesak dibenahi. Persoalan
              komunikasi itu ikut memicu polemik seputar peraturan tersebut.

              Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aziz Syamsuddin, Selasa (13/10/2020), menegaskan, draf
              Undang-Undang Cipta Kerja yang akan dikirimkan kepada Presiden Joko Widodo untuk disahkan
              menjadi UU adalah yang terdiri atas 812 halaman.

              Masalah draf Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang telah disetujui DPR untuk disahkan menjadi
              UU pada 5 Oktober lalu sempat menjadi pertanyaan. Pasalnya, sebelum ada draf dengan panjang
              812 halaman sempat beredar draf sepanjang 905 halaman dan 1.035 halaman.

              Beredarnya sejumlah draf ini menimbulkan pertanyaan karena ada sejumlah perbedaan isi di
              antara  draf-draf  itu.  Sebelumnya,  pertanyaan  juga  banyak  disampaikan  terkait  sejumlah
              ketentuan dalam  RUU itu, misalnya menyangkut ketenagakerjaan.

              Pertanyaan tersebut ikut memicu munculnya berbagai dugaan dan akhirnya keresahan publik
              terkait RUU yang disusun secara omnibus law ini.

              Saat jumpa pers di Kompleks Parlemen, Jakarta, Aziz Syamsuddin yang berasal dari Fraksi Partai
              Golkar ini menegaskan, draf yang terdiri atas 812 halaman adalah draf hasil pengetikan dan
              pengeditan oleh Sekretariat Jenderal DPR dengan memperhatikan ukuran kertas, ukuran huruf,
              dan kesesuaian dengan ketentuan lain yang diatur dalam  Undang-Undang Nomor 12 Tahun
              2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

              Menurut rencana, draf UU itu akan dikirimkan kepada Presiden pada Rabu (14/10) ini.

              Isi draf

              Sebelum draf 812 halaman itu dipastikan sebagai draf final, Kompas menerima draf UU beijumlah
              905 halaman dari pimpinan Badan Legislasi (Baleg) DPR saat RUU disetujui untuk disahkan dalam
              Rapat Paripurna DPR, 5 Oktober lalu. Kemudian pada Senin (12/10) pagi, Sekjen DPR Indra
              Iskandar mengirimkan draf berisi 1.035 halaman. Tak hanya halaman yang berubah-ubah, hasil
              pengecekan Kompas, sejumlah substansi dalam  Ketiga draf itu juga berubah-ubah (Kompas,
              13/10).

              Namun,  Aziz  menepis  perubahan  substansi  tersebut.  Upaya  mengubah  substansi  yang  telah
              disetujui untuk disahkan dalam  rapat paripurna merupakan tindakan pidana.

              Terkait perbedaan substansi antara draf 1.035 halaman dan draf final, terutama dalam  sejumlah
              pasal di kluster ketenagakerjaan, Ketua Baleg DPR dari Fraksi Partai Gerindra Supratman Andi
              Agtas menjelaskan, perubahan tersebut untuk diselaraskan dengan keputusan saat RUU masih
              dibahas.

              "Sebenarnya itu tidak mengubah substansi karena itu keputusan panja (panitia kerja). Pada saat
              pengeditan, ternyata disimplifikasi. Nah, akhirnya kami kembalikan ke posisinya bahwa semua
              ketentuan  Pasal  161-172  UU  Ketenagakerjaan  dicantumkan  di  dalam    Pasal  154  RUU  Cipta
              Kerja," katanya.

              Problem serius
              Pengajar Komunikasi Politik UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Gun Gun Heryanto, melihat ada
              problem serius dalam  hal komunikasi kebijakan oleh DPR dan pemerintah.





                                                           34
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40