Page 36 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 OKTOBER 2020
P. 36

Masalah  itu  tak  hanya  terlihat  dalam    pembahasan  RUU  Cipta  Kerja,  tetapi  juga  dalam
              pembahasan sejumlah UU sebelumnya, seperti revisi UU KPK tahun 2019. Alih-alih menghadirkan
              harapan dan kepercayaan publik, regulasi-regulasi itu memunculkan skeptisisme yang kuat.

              Kemudian ketika ketidakpercayaan publik menguat, dan hal itu diekspresikan  dalam  bentuk
              penolakan-penolakan,  seperti  unjuk  rasa,  metode  komunikasi  publik  tak  disiapkan  dengan
              matang, baik oleh DPR maupun pemerintah. "Sehingga saya melihat ada paradoks komunikasi
              dengan munculnya beragam hoaks. Salah satu penyebabnya adalah pada bagian-bagian yang
              harus  cepat  ditangani,  seperti  soal  draf  UU  Cipta  Kerja  yang  hampir  semingguan  menjadi
              polemik, menurut saya ini tidak produktif dari sisi komunikasi kebijakan," tuturnya.

              Ketua Bidang Penyelesaian Sengketa Informasi Komisi Informasi Pusat Arif Adi Kuswardono pun
              menyoroti buruknya keterbukaan informasi. Padahal, transparansi merupakan syarat munculnya
              partisipasi publik.

              "Akseptasi publik pun tidak bisa muncul kalau masyarakat tidak mendapat informasi," ujarnya.
              Sementara itu, pengajar Hukum Tata Negara Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera, Bivitri
              Susanti,  mengkritisi  minimnya  partisipasi publik. Padahal,  UU  No  12/2011  telah  menegaskan
              pentingnya partisipasi publik dalam  proses legislasi.

              Sebanyak 89 pertemuan

              Dalam  jumpa pers, Aziz menyampaikan, selama proses pembahasan RUU Cipta Kerja, panitia
              kerja  telah  menggelar  pertemuan  dengan  tokoh  masyarakat,  tokoh  pendidikan,  pengusaha,
              buruh,  dan  kelompok  masyarakat  lain  hingga  89  kali.  "Proses  itu dilakukan  baik  secara  fisik
              maupun secara virtual," katanya.

              Menteri  Ketenagakerjaan  Ida  Fauziyah  pun  menekankan,  pemerintah  telah  membuka  ruang
              publik selama pembahasan RUU. Sebagai contoh, dalam  membahas kluster ketenagakerjaan,
              pemerintah  berdialog  dengan  kelompok  pekerja,  pengusaha,  akademisi,  dan  kelompok  lain,
              seperti Organisasi Buruh Internasional.

              Untuk penyusunan rancangan peraturan pemerintah sebagai aturan turunan dari UU Cipta Kerja
              kelak pun, pemerintah akan melibatkan serikat buruh dan pengusaha.

              "Prinsip keterbukaan yang ditunjukkan pemerintah tidak hanya dalam  penyusunan UU, tetapi
              juga akan berlaku saat kami menyusun PP nanti," katanya. (REK/SPW/BOW/AGE)



























                                                           35
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41