Page 563 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 563

PKS: KENAPA NASKAH UU CIPTA KERJA YANG SUDAH DISAHKAN TIDAK
              DIBAGIKAN
              - Anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati meminta lembaga negara tidak melakukan tafsir
              yang  keliru  dan  parsial  atas  isu-isu  krusial  UU  Cipta  Kerja,  terutama  pada  klaster
              Ketenagakerjaan.

              Mufida  meminta  pimpinan  DPR  dan  Presiden  Joko  Widodo  (Jokowi)  transparan  dalam
              memaparkan isi RUU Cipta Kerja yang telah disahkan menjadi UU. Hal ini penting agar publik
              bisa mendapatkan akses yang lengkap dan utuh terhadap isu-isu krusial di UU Cipta Kerja sesuai
              apa adanya sehingga tidak menimbulkan multitafsir yang menyesatkan.

              Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menyebut berbagai lembaga negara yang melakukan
              tafsir atas UU Ciptaker secara keliru dan parsial, memungkinkan terjadinya pemahaman yang
              salah  terhadap  poin-poin  penting  dan  krusial  dalam  UU  Cipta  Kerja  terutama  pada  klaster
              ketenagakerjaan.
              "Pengesahan UU yang sangat cepat oleh DPR tetap dilakukan walau dua fraksi menolak. FPKS
              menolak dengan tegas karena menganggap banyak prosedur pembahasan yang tidak wajar dan
              mengabaikan hak-hak masyarakat pekerja," ujar Mufida kepada wartawan, Kamis (8/10).

              Mufida juga mempertanyakan kenapa bahan UU Cipta Kerja yang sudah disahkan tidak segera
              dibagikan kepada anggota DPR dan publik. "Jadi kenapa bahan UU Ciptaker yang sudah disahkan
              tidak juga dibagikan," katanya.

              Saat ini juga lembaga negara melakukan tafsir atas beberapa isu krusial dalam UU Cipta Kerja
              utamanya di Klaster ketenagakerjaan. Sementara masyarakat tidak bisa mengakses salinan UU
              Ciptaker yang sudah ketok palu.

              "Sehingga masyarakat tidak bisa mendapatkan pijakan informasi yang benar," katanya.

              Mufida melihat perbincangan terhadap isu-isu krusial pada UU Cipta Kerja saling berkembang
              dengan tafsir masing-masing. Beberapa lembaga negara seperti kementerian beberapa lembaga
              yang harusnya netral dan tidak berwenang ikut melakukan kampanye atas tafsir isi UU Ciptaker
              yang sampai detik ini (8 Oktober 2020-red) belum bisa didapatkan oleh anggota DPR.

              Lebih  lanjut,  Mufida  juga  menyayangkan  sikap  pemerintah  dan  Pimpinan  DPR  yang  tetap
              memaksakan pengesahan UU Cipta Kerja pada paripurna 5 Oktober lalu di tengah penolakan
              sangat  banyak  komponan  masyarakat,  ormas  besar,  sebagian  besar  rakyat  dan  di  tengah
              pandemi  yang  sedang  berat  saat  ini.  "Rakyat  benar-benar  dikorbankan,"  ungkapnya
              Sebelumnya,  Rancangan  Undang-Undang  (RUU)  Omnibus  Law  tentang  Cipta  Kerja  sudah
              disahkan menjadi UU oleh para anggota dewan pada rapat paripurna Senin (5/10).

              Dari pengesahan tersebut setidaknya ada dua fraksi yang melakukan penolakan Omnibus Law
              disahkan menjadi UU. Itu adalah Fraksi Partai Demokrat dan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera
              (PKS).

              Selain itu elemen buruh juga menolak pengesaha UU Omnibus Law tentang Cipta Kerja tersebut.
              Sebagai  bentuk  penolakannya,  buruh  melakukan  mogok  kerja  nasional  tertanggal  dari  6-8
              Oktober 2020.

              Editor : Dimas Ryandi  Reporter : Gunawan Wibisono   .





                                                           562
   558   559   560   561   562   563   564   565   566   567   568