Page 29 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 DESEMBER 2020
P. 29

KEMNAKER GARAP DATA PASAR TENAGA KERJA MELALUI DIGITAL

              Upaya Menyerap Pengangguran Di Masa Pandemi

              Meningkatnya angka pengangguran terbuka yang terjadi selama pandemi Covid-19 membuat
              Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) putar otak. Lembaga yang dikomandoi Ida Fauziyah
              ini tengah menggarap data pasar kerja nasional yang terintegrasi digital. Nanti data itu bisa
              diakses oleh pemerintah maupun swasta.

              Direktur  Jenderal  Pembinaan  Penempatan  Tenaga  Kerja  dan  Perluasan  Kesempatan  Kerja
              (Binapenta  dan  PKK)  Kemnaker  Suhartono  mengatakan,  data  jumlah  pengangguran  terbuka
              tahun ini mencapai 6,88 juta orang atau 4,99 persen dari total angkatan kerja. Angka tersebut
              belum termasuk setengah penganggur yang mencapai 6,36 juta orang, dan pekerja paruh waktu
              24 juta orang.

              Pandemi Covid-19 yang berimbas ke dunia usaha dan industri, lanjut Suhartono, diperkirakan
              akan  mendongkrak  angka  pengangguran  terbuka  menjadi  7,33  persen.  Bahkan  bisa  jadi
              mencapai 9,02 persen.

              "Menurut  Badan  Pusat  Statistik  (BPS),  kondisi  ini  secara  langsung  akan  berdampak  pada
              perekonomian nasional," ujar Suhartono, kemarin.

              Untuk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi dalam pelayanan penempatan tenaga kerja baik
              di pusat, daerah maupun swasta. Ditjen Binapenta dan PKK Kemnaker tengah menggarap sistem
              informasi pasar tenaga kerja secara digital. Upaya pembentukan data pasar kerja nasional yang
              terintegrasi ini merupakan implementasi dari Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2019 tentang
              Satu Data.

              "Kebijakan ini adalah kebijakan tata kelola data pemerintah di sektor ketenagakerjaan untuk
              menghasilkan data yang akurat, mutakhir, terpadu dan dapat dipertanggungjawabkan," jelas
              Suhartono.

              Data itu nantinya dapat diakses dengan mudah oleh instansi pemerintah pusat, daerah maupun
              swasta.  Big  data  yang  terintegrasi  ini  menjadi  salah  satu  faktor  penting  untuk  mengambil
              keputusan, baik di pemerintahan maupun swasta. Selain itu, bisa digunakan sebagai dasar bagi
              daerah dalam membuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengendalian pembangunan di
              sektor ketenagakerjaan.

              Menurut Suhartono, tanpa adanya data pasar kerja yang terintegrasi dan terverifikasi tentang
              penawaran  dan  ketersediaan  pasar  kerja,  akan  berdampak  pada  pengangguran  dan
              ketidaksesuaian antara yang dibutuhkan industri dengan kemampuan angkatan kerja.

              Data  pasar  kerja  nasional  terintegrasi  ini  bisa  diakses  oleh  seluruh  stakeholders  yang
              membutuhkan data pencari kerja plus kondisi demografisnya. Sebab, datanya meliputi informasi
              administratif  tentang  karakteristik  pencari  kerja  (suplai  tenaga  kerja)  dan  lowongan  kerja
              (pennintaan tenaga kerja).

              Data  lainnya,  berupa  bidang  pendidikan  dan  perencanaan  keterampilan,  perencanaan
              pembangunan serta perencanaan tenaga kerja pun termuat dalam sistem informasi digital ini.
              "Sebagai contoh, data ini menyediakan informasi mengenai fluktuasi permintaan dan penawaran
              yang dapat memberi sinyal bagi intervensi kebijakan," kata Suhartono.

              Data ini juga menampilkan informasi kesesuaian antara latar belakang pendidikan para pencari
              kerja berdasarkan gender dan kelompok umur dengan kualifikasi yang dibutuhkan pengusaha.
              Data terkait kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan ini juga sangat bermanfaat.


                                                           28
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34