Page 127 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 JUNI 2021
P. 127

TOLAK REVISI PP TERKAIT TEMBAKAU, PRODUSEN ROKOK SURATI JOKOWI

              Jakarta - Perkumpulan Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) mengajukan
              permohonan  kepada  Presiden  Rl,  Bapak  Joko  Widodo  (Jokowi)  agar  menolak  rencana
              revisi/amandemen Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan
              Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.

              Hal itu merujuk Surat Perkumpulan GAPPRI yang dikirimkan ke Presiden Jokowi, tertanggal 17
              Juni  2021,  bernomor  D.A624/P.GAPPRI/VI/2021,  perihal  Permohonan Menolak  Revisi PP  109
              Tahun 2012.

              Dalam keterangan pers, Senin (21/06/2021), Ketua Umum Perkumpulan GAPPRI, Henry Najoan
              mengatakan, PP 109/2012 yang berlaku saat ini sudah sangat memadai untuk mengendalikan
              konsumsi produk tembakau di Indonesia.

              "Bahkan  PP  109/2012  telah  melampaui  amanat  Framework  Convention  on  Tobocco  Control
              (FCTC)," tegas Henry Najoan seperti tertuang dalam surat yang dikirim ke Presiden Jokowi.

              Sebaliknya, jika rencana revisi/amandemen PP 109/2012 diberlakukan, justru akan berdampak
              buruk bagi kelangsungan industri kretek nasional yang belum pulih akibat pandemi dan kenaikan
              tarif cukai hasil tembakau tahun 2020 dan 2021.

              "Memaksa  melakukan  revisi  PP  109  di  saat  seperti  ini,  hanya  akan  menumbuhkan  masalah
              karena menyebabkan pabrik rokok gulung tikar. Jika sampai itu terjadi, para petani dan pekerja
              juga yang akan menjadi korban," paparnya.

              Henry juga meminta pemerintah agar industri hasil tembakau nasional diberikan kesempatan
              untuk pulih (recovery), sehingga kebijakan sektoral pemerintah menjadi sinkron dengan upaya
              pemerintah yang sedang mengejar program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
              Henry juga mensinyalir, jika Revisi PP 109/2012 terus didesakkan, akan menambah peluang
              rokok ilegal semakin marak dan sulit dikendalikan. "Jika rokok ilegal sampai tak terkendali, upaya
              pengendalian akan gagal, penerimaan negara pun akan sulit dicapai," ungkapnya.

              Merujuk data resmi GAPPRI, tahun lalu, akibat kenaikan tarif CHT dan Harga Jual Eceran (HJE)
              yang tinggi telah meningkatkan rokok ilegal sampai 4,8 persen. GAPPRI memperkirakan, rokok
              ilegal bisa mencapai angka 10-15% dari angka yang disampaikan pemerintah. "Dengan kenaikan
              tarif  cukai  tahun  2021  ditambah  situasi  ekonomi  yang  masih  sulit,  peredaran  rokok  ilegal
              berpotensi kembali naik," ujarnya.

              Karena  itu,  Henry  berpesan  agar  pemerintah  tidak  merevisi  PP  109/2012  karena  akan
              mengganggu rantai pasokan industri yang berakibat kepada penyerapan bahan baku dari petani
              tembakau,  petani  cengkeh,  tenaga  kerja  dan  menurunkan  sumber  pendapatan  pedagang
              pengecer yang sebagian besar adalah UMKM.

              Selain itu, terganggunya industri ini juga akan menurunkan penerimaan negara berupa cukai
              dan pajak.

              Henry menambahkan, melalui cukai hasil tembakau, PPN, PPH dan pajak daerah, industri telah
              berkontribusi signifikan bagi pembangunan nasional. "Dengan dilakukan revisi, akan membuat
              ekosistem di sepanjang mata rantai IHT terganggu," imbuhnya.

              Oleh  karena  itu,  Perkumpulan  GAPPRI  memohon  Presiden  Jokowi  agar  mempertimbangkan
              untuk menolak amandemen PP 109/2012. Pasalnya, akan memberikan multi flyer effect yang
              negatif bagi kelangsungan industri hasil tembakau nasional khususnya kretek.



                                                           126
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132