Page 223 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 DESEMBER 2020
P. 223

INI PERSIAPAN SERIKAT BURUH JELANG SIDANG KETIGA OMNIBUS LAW

              JAKARTA  --  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  dan  Konfederasi  Serikat  Pekerja
              Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani akan mengikuti kelanjutan sidang ketiga terkait judicial
              review omnibus law Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja di Mahkamah
              Konstitusi (MK), Rabu (16/12) besok. Serikat Buruh sudah menyelesaikan sejumlah perbaikan
              sebagaimana yang disarankan hakim MK pada sidang kedua.

              "Perbaikan-perbaikan legal standing dan pokok perkara sudah dilakukan KSPSI AGN dan KSPI,"
              kata Presiden KSPI Said Iqbal dalam konferensi pers yang digelar virtual, Selasa (15/12).

              Said mengatakan, perbaikan meliputi penegasan apakah para pemohon memenuhi persyaratan
              legal standing atau memiliki kedudukan hukum untuk bersidang di MK. Ia memastikan dalam
              AD/ART baik KSPI maupun KSPSI berhak mewakili buruh yang menjadi anggotanya.

              "Begitu pula dalam aturan organisasinya dan kami perkuat lagi dengan surat tugas terhadap
              nama-nama yang jadi pemohon. Dengan demikian perbaikan terhadap legal standing bahwa
              konfederasi bisa mewakili anggotanya dalam hal ini para buruh untuk berperkara di MK menurut
              kami berdasarkan nasihat hakim MK adalah sudah tepat legal standing konfederasi," ujarnya.

              Selain itu, Said mengatakan, pemohon juga sudah melakukan perbaikan terhadap dua hal. Dua
              hal tersebut itu apa hak konstitusional yang dirugikan terhadap pemohon, dan apa hak ekonomi
              yang dirugikan pemohon.

              Said mengatakan, KSPI dan KSPSI Andi Gani melakukan gugatan terhadap 69 pasal di dalam
              klaster  ketenagakerjaan.  Dari  69  pasal  tersebut  kemudian  dirangkum  ke  dalam  12  isu
              perburuhan, antara lain Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kota (UMSK) yang dihilangkan.

              "Begitu pula upah minimum kabupaten kota atau UMK bersifat opsional, bisa diadakan bisa juga
              ditiadakan oleh gubernur dengan bahasa di dalam UU itu gubernur dapat menenetukan UMK.
              kalau UU 13 2003 yang lama kata 'dapat' tidak ada," tuturnya.

              Selain itu, hal yang juga disoroti pemohon, yaitu isu outsourcing. Said mengatakan, dalam UU
              Cipta Kerja tidak ada pembatasan jenis pekerjaan yang boleh di- outsourcing, dan tidak ada lagi
              apakah kategori atau kegaitan penunjang.

              baik penunjang maupun pokok dalam uu ciptaker diperbolehkan untuk semua jenis pekerjaan.
              Apa  akibatnya?  dalam  satu  perusahaan  akan  terjadi  bisa  saja  95  persennya  karyawannya
              outsourcing," kata dia.

              Selain itu, ada pula isu karyawan kontrak. Menurutnya, dihilangkannya periode kontrak dapat
              berimbas  pada  hilangnya  kesempatan  seorang  pekerja  untuk  diangkat  karyawan  tetap.  Isu
              lainnya antara lain, berkenaan dengan cuti panjang yang tidak dihilangkan. Kemudian terkait
              jam kerja, danlembur yang ditambah.

              "Lembur yang ditambah membuat jam kerja jadi panjang, memang dibayar lemburnya, tapi jam
              kerja jadi panjang, orang bisa cepat mati kalau sudah usia tua," ucapnya.













                                                           222
   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228