Page 30 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 NOVEMBER 2020
P. 30

Menurut Roy, alasannya adalah adanya surat klarifikasi rekomendasi dari Pejabat Sementara
              Bupati Cianjur tanggal 20 November 2021. "Surat itu tidak pernah dibahas di Dewan Pengupahan
              Provinsi Jabar. Sampai selesai rapat, tak ada surat tersebut," tuturnya.

              Roy  mengatakan,  buruh  tidak  tahu  kapan  surat  susulan  dari  Kabupaten  Cianjur  tersebut
              disampaikan ke Pemprov Jabar. Menurut dia, hal yang lebih disayangkan adalah tidak dibahas
              lagi di Dewan Pengupahan Provinsi Jabar tentang perubahan rekomendasi dari kabupaten/kota.
              "01eh karena itu, kami meminta Gubernur Jabar untuk merevisi SK UMK Cianjur untuk dinaikkan
              sesuai rekomendasi awal, (yakni) 8%," ucapnya.

              Namun,  terlepas  dari  hal  itu,  menurut  dia,  buruh  mengapresiasi  gubernur  yang  sudah
              menetapkan UMK tahun 2021 sesuai dengan rekomendasi bupati/wali kota di 17 kabupaten/kota
              lainnya.

              Tahun ini, Kabupaten Karawang tetap memiliki upah tertinggi di Jawa Barat sekaligus nasional
              dengan angka Rp 4.798.312,00 (Rp 4-594-324,54 pada tahun 2020). Sementara itu, Kota Banjar
              masih berada di angka terendah, yakni Rp 1.831.884,83 (sama seperti UMK 2020).

              Kecewa

              Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jabar Dedy Widjaja menyayangkan
              keputusan sejumlah kepala daerah yang tidak menghiraukan surat edaran dari Menteri Tenaga
              Kerja yang tidak menaikkan upah minimum provinsi (UMP) 2021.

              Walaupun ia menyadari surat tersebut sifatnya tidak mengikat, pada kondisi resesi saat ini, para
              kepala daerah semestinya memahami dan bisa lebih arif dalam mengambil keputusan, bukan
              sekadar mendahulukan kepentingan politik.

              "Kenaikan ini menunjukkan tidak ada rasa ikut prihatin, tidak ada kepekaan bahwa akibat Covid
              ini tekanan yang dirasakan luar biasa. Jangan-jangan, para kepala daerah ini tidak memahami
              bagaimana sulitnya sekarang," ujarnya melalui telefon, kemarin.

              Dedy  mengungkapkan,  sudah  banyak  rekan  pengusaha  yang  mengeluhkan  keputusan
              pemerintah  daerah  tersebut.  Tidak  sedikit  dari  para  pengusaha  tersebut  yang
              mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah tenaga kerja.

              "Kalau upah naik, artinya cost bertambah. Agar cost tidak membengkak, ya caranya dengan
              mengurangi jumlah tenaga kerja. Terjadinya PHK akan terbuka karena kenaikan ini bukan berita
              baik. Ekonomi belum pulih, pasar juga belum membaik, jadi mau bagaimana lagi?" katanya.

              Ia  menambahkan,  kenaikan  UMK  tersebut  seolah-olah  tidak  merasakan  keprihatinan  yang
              tengah dialami para pekerja yang kehilangan pekerjaan dan dirumahkan sebelumnya.

              Sementara itu, pekerja yang masih beraktivitas, selain mendapatkan bantuan dari pemerintah,
              juga mendapatkan kenaikan upah.

              "Kondisi ini memprihatinkan kita, apalagi jumlah yang di-PHK bisa semakin bertambah dengan
              adanya kenaikan UMP. Tadinya, kami berharap ketegasan dari Gubernur Jabar terhadap daerah-
              daerah yang tidak mengikuti anjuran dari menteri dan mengikuti langkah gubernur yang tidak
              menaikkan UMP," tuturnya.

              Lebih lanjut, Dedy mengatakan, pada saat ini, pihaknya tengah berkoordinasi dan masih memiliki
              waktu  hingga  dua  pekan  ke  depan  untuk  menyikapi  perkembangan  tersebut.  Ia  berencana
              mengirim surat kepada Gubernur Jabar untuk meminta audiensi dan menyampaikan kesulitan
              yang dihadapi.



                                                           29
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35