Page 51 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 JANUARI 2021
P. 51

Salah satu cerminan turunnya kualitas demokrasi adalah dengan disahkannya Undang-Undang
              (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
              "Apa yang terjadi di 2020 sebenarnya mengonfirmasi apa yang telah diperkirakan sebelumnya,
              termasuk dalam bidang HAM," ujar Herlambang dalam peluncuran buku "Nestapa Demokrasi di
              Masa Pandemi: Refleksi 2020, Outlook 2021" yang digelar LP3S, Senin (11/1/2021).

              Akan tetapi, sebut Herlambang, dalam bayangan Jokowi bahwa peningkatan ekonomi dilakukan
              dengan mendorong investasi.

              Hal ini pun secara tidak langsung mengulang peristiwa sekitar 2003-2004, di mana pemerintah
              melegislasi  fleksibilitas  pasar  tenaga  kerja  melalui  UU  Nomor  13  Tahun  2003  tentang
              Ketenagakerjaan maupun UU Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
              Industrial.

              Disahkannya UU Cipta Kerja pun menandakan terdapat upaya pemerintah menekan hak-hak
              buruh.

              Karena itu, tidak mengherankan jika sasaran utama UU Cipta Kerja adalah buruh yang nantinya
              akan  merasakan  dampak  paling  besar  di  samping  juga  mempunyai  konsekuensi  terhadap
              eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungan.

              "Itu  potret  hak  asasi  manusia  yang  dijadikan  landasan  di  dalam  kebijakan,  terutama  ketika
              disahkan peraturan perundang-undangan," terang Herlambang.
              Rendahnya demokratisasi dalam pembuatan UU Cipta Kerja juga menjadi penanda bahwa situasi
              saat ini tengah memasuki era otoritarian.

              Di mana pembuatan suatu aturan tidak dibarengi dengan transparansi serta mempunyai niatan
              kuat untuk meliberalkan pasar bebas.

              Melalui  praktik  ini,  penguasa  memperlihatkan  kecongkakannya  dalam  proses  pembentukan
              hukum yang diadaptasi atas kepentingan kuasa politik.

              "Mengesahkannya  menjadi  legislasi  kemudian  menerjemahkannya  ke  dalam  peraturan
              perundang-undangan yang nanti secara optik akan melahirkan ketimpangan, akan melahirkan
              ketidakadilan," tegas dia.




























                                                           50
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56