Page 136 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 DESEMBER 2020
P. 136

Dalam argumentasi konstitusionalnya, ASPATAKI berpandangan bahwa ketiga pasal tersebut
              telah menyebabkan terlanggarnya hak konstitusional ASPATAKI sebagai badan hukum privat
              yang menaungi organisasi perusahaan penempatan para Pekerja Migran Indonesia ke luar negeri
              yang anggotanya berjumlah 142 perusahaan.

              Menurut  ASPATAKI,  ada  dua  isu  konstitusional  yang  menyebabkan  mereka  mengajukan
              permohonan judicial review ke MK, yakni, pertama, isu tentang kewajiban pembayaran modal
              disetor perusahaan sebesar Rp5 miliar dan setoran deposito sebesar Rp1,5 miliar yang menurut
              ASPATAKI sangat memberatkan, kedua, sanksi pidana yang diberlakukan kepada perusahaan
              (P3MI) apabila ada PMI yang bekerja tidak sesuai dengan perjanjian kerja.

              Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 83/PUU-XVII/2019

              Untuk menjawab isu konstitusional terkait norma pasal tersebut, MK membagi pertimbangan
              hukumnya menjadi dua bagian, pertama, dalam paragraf awal [3.14] MK mencoba memberikan
              gambaran secara utuh tentang bagaimana pentingnya negara hadir dalam upaya memberikan
              perlindungan secara yang maksimal terhadap para TKI/PMI yang bekerja di luar negeri.

              Selain itu, MK juga menegaskan bahwa UU 39/2004 yang sudah sering diajukan pengujian ke
              MK juga secara kasat mata memang tidak maksimal mengakomodir perlindungan terhadap para
              TKI/PMI  sehingga  dengan  adanya  UU  baru  yakni  UU  18/2017  yang  juga  telah  memasukan
              Konvensi Internasional Mengenai Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran Dan Anggota
              Keluarganya yang kemudian diundangkan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2012 tentang
              Pengesahan International Convention on The Protection of The Rights of All Migrant Workers
              And  Members  of  Their  Families  diharapkan  dapat  memberikan  warna  baru  dalam  upaya
              memberikan perlindungan TKI/PMI secara maksimal.

              Kedua, dalam pertimbangan hukumnya, MK juga menjawab seluruh dalil yang dikemukakan oleh
              ASPATAKI sebagai berikut:

              Isu Konstitusional Terkait Setoran dan Deposito

              Menurut MK, regulasi yang dibuat oleh pembentuk undang-undang dengan menaikkan modal
              yang  disetor  dan  deposito  setoran  ke  bank  pemerintah  merupakan  bagian  dari  upaya
              memberikan  jaminan  kualifikasi  dan  krediblitas  perusahaan  sebagai  pelaksana  penempatan
              Pekerja Migran Indonesia. Dengan melihat fakta hukum terjadinya berbagai kasus yang dialami
              oleh para TKI/PMI yang selalu diawali dengan adanya kelalaian perusahaan dalam melaksanakan
              tugas dan tanggung jawabnya  baik pada saat dimulainya proses rekrutmen TKI/PMI hingga
              sampai pekerja migran selesai bekerja, maka kenaikan modal yang disetor dan setoran tersebut
              adalah sebuah keniscayaan yang memang harus dilakukan seiring berubahnya nilai mata uang
              dan juga yang lebih utama adalah sebagai upaya untuk meningkatkan marwah TKI/PMI yang
              dalam hal ini juga diwakili oleh perusahaan sebagai partner dari Pemerintah dalam pelaksanaan
              penempatan Pekerja Migran Indonesia.

              Menurut MK, perusahaan yang mendapatkan SIP3MI haruslah peruashaan yang bukan hanya
              profesional dan bonafide tetapi juga memiliki komitmen yang sungguh-sungguh untuk menjaga
              dan menjamin hak-hak asasi warga negara yang bekerja di luar negeri agar tetap terlindungi
              sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28D ayat (2) UUD 1945.

              Selain  itu,  menurut  MK,  syarat-syarat  yang  ditentukan  dalam  Pasal  54  dimaksudkan  agar
              perusahaan sebagai pelaksana penempatan TKI/PMI dapat secara sungguh-sungguh membuat
              perencanaan secara profesional yang didasarkan kepada kemampuan perusahaan dan fakta-
              fakta yang diperkirakan secara cermat dan rasional yang berpengaruh terhadap realisasi dari
              rencana yang telah ditetapkan. Menurut MK dengan adanya syarat tersebut bertujuan sebagai
              upaya untuk mencegah pendirian perusahaan penempatan Pekerja Migran Indonesia yang tidak

                                                           135
   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141