Page 54 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 SEPTEMBER 2020
P. 54

Implementasi aturan yang dibuat juga masih jauh dari sempurna. Misalnya, banyak PMI tidak
              menerima  pelatihan  sebelum  diberangkatkan  oleh  agensinya  hingga  pemalsuan  dokumen
              identitas PMI di bawah umur agar dapat beKerja di luar negeri.

              Lihat saja hasil investigasi AP terhadap buruh migran di perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan
              Indonesia. Mereka tidak berdaya melawan karena paspor mereka ditahan oleh perusahaan. Bila
              melarikan diri, mereka akan ditangkap oleh aparat setempat dan dipenjara karena dianggap PMI
              ilegal.

              Atau kasus Nirmala Bonat, PMI asal NTT yang mengalami perlakukan keji pada tahun 2004 dari
              majikannya Malaysia. Lalu, Sumiati, PMI asal NTB yang berniat mengubah nasib dan mencari
              sesuap nasi.

              Atau kasus penganiayaan PMI Suyanti oleh majikannya. Penganiayaan terjadi sejak Desember
              2016. Suyanti yang kala itu berusia 19 tahun dilaporkan disiksa menggunakan peralatan rumah
              tangga, seperti pisau dapur, gagang pel, dan payung. Suyanti mengalami cedera serius pada
              mata, tangan dan kaki, pendaharan di kulit kepala, serta patah tulang akibat penyiksaan itu.

              Eksploitasi, kekerasan fisik, gaji tak dibayar sesuak kontrak, kekerasan seksual, bahkan makanan
              minuman  yang  tidak  layak  dikonsumsi  mereka,  jam  Kerja  yang  melebihi  batas,  itu  menjadi
              masalah yang sering mereka alami

              Alih-alih  kesejahteraan  dan  kebahagiaan  yang  diperoleh,  justru  nasib  sial,  penyiksaan,
              penderitaan yang diraih di negeri orang.

              Kita perlu mengingatkan para pemangku kepentingan di negeri ini. Selama negara ini berdiam
              atau  hanya  serius  mengurusi  devisa  para  PMI,  tetapi  abai  dan  lalai  melindungi  mereka  dari
              perlakuan tidak manusiawi, maka kekerasan terhadap buruh migran ini tidak pernah berhenti.
              Jumlah kekerasan dan penyiksaan terhadap PMI tiap tahun akan semakin bertambah.

              Sejatinya, negara harus hadir dan bertanggung jawab manakala terjadi kekerasan dan perlakuan
              tidak manusiawi yang melanda PMI di luar negeri, terlepas legal dan ilegalnya mereka.

              Peran-peran politik luar negeri yang harus dioptimalkan oleh pemerintah melalui Menteri Luar
              Negeri (Menlu). Diplomasi tingkat tinggi selama ini kurang berjalan secara apik Akibatnya, harga
              diri bangsa yang menjadi taruhannya.

              Jika mencermati kasus kekerasan yang menimpa para PMI, pemerintah seharusnya tidak sekadar
              berorientasi pada profit melalui devisa para buruh PMI itu. Badan Nasional Penempatan dan
              Perlindungan  Tenaga  Kerja  Indonesia  (BNP2TKI),  Kementerian  Tenaga  Kerja  harus
              memaksimalkan regulasi yang sudah ada.

              Pola komunikasi dengan para perusahaan penyalur tenaga  Kerja  (PJTKI) perlu diintensifkan.
              Begitu juga pengawasan terhadap PJTKI yang ilegal perlu dimaksimalkan.

              "Kalau kondisi ini terus dibiarkan, martabat bangsa kita diinjak-injak oleh perusahaan di negara
              tersebut."













                                                           53
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59