Page 53 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 MEI 2021
P. 53

BEKAS WAJIB MILITER, MARWAN BATUBARA KHAWATIR TKA CHINA BISA
              GANGGU PERTAHANAN INDONESIA
              Bekas Wajib Militer, Marwan Batubara Khawatir TKA China Bisa Ganggu Pertahanan Indonesia
              Laporan:  Raiza  Andini  Kamis,  27  Mei  2021,  17:19  WIB  Aktivis  Koalisi  Aksi  Menyelamatkan
              Indonesia  (KAMI),  Marwan  Batubara/Net  Persoalan  masuknya  ratusan  warga  negara  asing
              (WNA) asal China tak bisa dipandang sebelah mata. Bermodus sebagai tenaga kerja, mereka
              bisa saja datang dengan membawa misi yang membahayakan bagi pertahanan dalam negeri.

              Hal  tersebut  disampaikan  Aktivis  Koalisi  Aksi  Menyelamatkan  Indonesia  (KAMI),  Marwan
              Batubara usai melakukan audiensi dengan Komisi IX DPR RI terkait masuknya TKA China ke
              Indonesia di Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/5).

              "Mereka itu (TKA China) sudah terkena wajib militer. Jadi bisa saja nanti kalau ada apa-apa di
              geopolitik  China.  China  ingin  maju,  bisa  masuk  lewat  mereka  (para  TKA  yang  datang  ke
              Indonesia)," ucap Marwan.
              Sejumlah tokoh bangsa seperti Adhie Massardi, Gde Siriana, MS Kaban, hingga Said Didu datang
              ke  Komisi  IX  siang  tadi  menyampaikan  ringkasan  masalah,  dan  juga  pelanggaran  terhadap
              peraturan pemerintah terkait masuknya ribuan TKA China.

              "Mulai  UU  Ketenagakerjaan,  Keimigrasian  dan  sebagainya.  Ada  delapan  (persoalan  yang
              dibahas),  antara  lain  mereka  (TKA)  boleh  masuk  dalam  situasi  pandemi  menggunakan  visa
              kunjungan, harusnya kan visa kerja," sesalnya.

              Tak  hanya  itu,  kualifikasi  para  TKA  China  banyak  selevel  SD,  SMP,  dan  SMA,  bukan  yang
              digaungkan pemerintah untuk mendatangkan para ahli yang memiliki standar pendidikan setara
              S1.

              "Ternyata yang SD, SMP, SMA ini populasinya di dua perusahaan yang kita pantau sampai lebih
              dari 80 persen, yang punya keahlian khusus itu paling 10 persen," katanya.

              Tindaklanjuti Aduan KAMI Soal TKA China, Komisi IX Akan Terjun Ke Morowali Dan Beri Masukan
              Ke  Pemerintah  Selain  itu,  Marwan  juga  heran  karena  para  TKA  di  Sulawesi  Utara  untuk
              pembangunan smelter nikel dibayar di negaranya, bukan di Indonesia.

              "Dari situ, turunan masalahnya tidak bayar dana kompensasi penggunaan TKA, itu aturannya
              PPh juga hilang. Kemudian gajinya itu bisa minimal tiga kali lebih besar daripada gaji pribumi,
              rata-rata empat kali lebih besar dibanding mereka yang bekerja di sini," tandasnya.

              EDITOR: DIKI TRIANTOTag: TKA CHINA MARWAN BATUBARA KAMI.























                                                           52
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58