Page 63 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 MEI 2021
P. 63

"Dia  tidak  mengerti  isinya  apa.  Disuruh  tanda  tangan  begitu  saja.  Kata  sang  majikan  kalau
              menandatangani  (surat)  ini  nanti  dikasih  uang  banyak  dan  akan  dinikahkan  dengan  orang
              Banglades. Sebab, sampai saat ini Nenah masih belum menikah," jelas Nung.

              Ia menjelaskan, informasi bahwa Nenah dituntut hukuman mati sudah diketahuinya sejak 2014.
              Nung bercerita, adiknya masih sering berkomunikasi dengan dirinya.

              Tak hanya menanyakan kabar, Nenah sering kali bercerita bahwa ia sudah ingin sekali keluar
              dari penjara.

              "Saya yakin Nenah itu tidak bersalah, dia sudah bersumpah bahwa dia bukan yang membunuh
              sopir majikannya. Terakhir ngabarin tiga hari sebelum Lebaran kemarin," ujar Nung.

              "Iya  benar,  katanya  dituduh  membunuh  sopir  dari  majikannya,"  ujar  Saeful  Imam,  saat
              dikonfirmasi media, Senin (24/5/2021), dikutip dari Tribun Jabar.id.
              Sementara itu, Ketua Forum Pekerja Migran Indonesia (FPMI) DPD Majalengka Muhamad Fauzi
              mengatakan, Nenah tak menyadari dan memahami surat yang ia tanda tangani adalah surat
              yang menyatakan bahwa ia pelaku pembunuhan.

              "Melihat kejadian itu, majikan Nenah malah menjerumuskan Nenah ke penjara dengan meminta
              Nenah menandatangani kertas yang bertuliskan Arab gundul. Padahal, jika orang mengerti, itu
              kertas menyatakan bahwa yang menandatangani berarti mengaku telah membunuh," katanya.

              Kondisi seperti itu membuat Nenah langsung dibawa oleh pihak kepolisian dan dituntut hukuman
              mati.

              Namun, Fauzi menyatakan bahwa selama di penjara lebih kurang 7 tahun ini, bukti bahwa Nenah
              bersalah kurang lengkap sehingga ia hanya dibiarkan dipenjara tanpa ada kejelasan.

              "Sehingga,  kami  akan  mengupayakan  bahwa  Nenah  bisa  bebas.  Kami  sudah  berkoordinasi
              dengan BP2MI, DPR RI, KBRI Dubai, Kemenlu, dan lainnya." "Sudah ada jawaban juga bahwa
              akan ada negosiasi diyat dengan pihak sana. Terkait nominal diyatnya kami belum tahu. Yang
              jelas sudah ada titik terang sebesar 75 persen bahwa Nenah bisa bebas," ujarnya.

              Namun,  ia  menjelaskan  bahwa  sampai  saat  ini  Dinas  Ketenagakerjaan  Majalengka  belum
              menerima laporan aduan ataupun tembusan dari keluarga korban mengenai ancaman hukum
              mati yang diterima Nenah di Dubai Uni Emirat Arab.

              "Sampai saat ini informasi terbaru belum (laporan). Kami akan menelusurinya, tentunya apa
              yang  terjadi  pada  warga  kami.  Nanti  kita  akan  upayakan,  akan  kita  telusuri  apakah  ke
              kementerian atau ke badan perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI), gitu," jelas Momon.

              Menurutnya, keluarga meminta pemerintah pusat agar membantu membebaskan jeratan hukum
              yang dialami Nenah Arsinah di Dubai.

              Keluarga juga melalui pemerintah desa setempat telah melayangkan surat permintaan bantuan
              hukum ke Kementerian Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia, dengan nomor 140/pemdes-
              /V/2021 tanggal 03 Mei 2021.

              SUMBER: (Penulis: Mohamad Umar Alwi | Editor : I Kadek Wira Aditya), TribunJabar.id.








                                                           62
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68