Page 61 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 02 OKTOBER 2020
P. 61

SIAP-SIAP MENGHADAPI ANCAMAN MOGOK BURUH

              JAKARTA.  Pengusaha  mulai  merapatkan  barisan  untuk  menghadapi  ancaman  mogok  massal
              buruh selama tiga hari pada 6 Oktober-8 Oktober mendatang. Aksi mogok kerja secara nasional
              ini  sebagai  bentuk  protes  buruh  lantaran  aspirasi  mereka  dalam  pembahasan  klaster
              ketenagakerjaan  di  Rancangan  Undang-Undang  (RUU)  Cipta  Kerja  diabaikan  oleh  DPR  dan
              pemerintah.

              Kalangan serikat buruh meminta agar klaster ketenagakerjaan dikeluarkan dari RUU Cipta Kerja.
              Kalaupun di masukkan dalam beleid omnibus law ini, aturan perburuhan harus memperkuat UU
              No 13/2003 tentang Ketenagakerjaan yang saat ini berlaku.

              Namun, pengusaha meminta seluruh pemimpin perusahaan dan pimpinan serikat buruh agar
              memberikan informasi dan edukasi mengenai dampak aksi mogok massal yang akan mereka
              lakukan. Sebab aksi ini bisa melanggar beberapa at uran sekaligus.

              Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan P Roeslani menyatakan, Kadin
              memahami  bahwa  aksi  mogok  kerja  merupakan  hak  buruh.  Dengan  catatan  aksi  mogok  itu
              dilakukan dengan damai sebagai akibat dari gagalnya perundingan antara pengusaha dengan
              buruh.

              Namun, "Mogok kerja yang dilakukan bukan akibat gagalnya perundingan adalah tidak sah,"
              kata Rosan melalui pernyataan tertulis yang diterima KONTAN, Rabu (30/9).

              Pertimbangan lain, saat ini Indonesia sedang dilanda pandemi virus korona Covid-19. Pemerintah
              melarang kerumunan massa dalam jumlah besar, dan kegiatan yang memicu kerumunan demi
              mencegah penularan virus. Karena itu, Kadin meminta perusahaan mematuhi dan melaksanakan
              ketentuan mogok kerja.

              "Kami mengimbau semua pekerja/buruh di setiap perusahaan untuk mematuhi sernua ketentuan
              peraturan perundangan tentang mogok kerja dan penanggulangan dam penanganan Covid-19,"
              tandas Rosan.

              Imbauan  serupa  juga  disampaikan  Asosiasi  Pengusaha  Indonesia  (Apindo).  Surat  yang
              ditandatangani Ketua Apindo Haryadi Sukamdani mencantumkan alasan yang sama berkaitan
              dengan rencana mogok kerja. Apindo meminta kepada perusahaan memberikan edukasi buruh
              soal aturan mogok kerja.

              Bentuk kekecewaan

              Menanggapi imbauan  dari pengusaha ini, perwakilan buruh mengungkapkan tiyuan dari aksi
              mogok massal selama tiga hari sebagai bentuk kekecewaan kaum buruh.

              Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar mengatakan,
              aksi mogok kerja ini seharusnya segera dicegah oleh DPR dan pemerintah. Apalagi saat ini masih
              dalam masa pandemi Covid-19 yang rawan terjadi penularan ketika ribuan buruh menggelar aksi
              demonstrasi.

              "Memang benar, rekan-re-kan serikat pekerja akan menggelar aksi mogok kerja massal. Tapi
              lebih tepatnya ini aksi protes dan demonstrasi dengan tidak bekerja atau mogok," iyar Timboe
              kepada KONTAN, Kamis (1/10).

              Menurut Timboel, pemerintah harus mengajak berdialog kembali para perwakilan serikat pekerja
              seperti yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang Hari Buruh Mei lalu. Saat itu
              berbagai kelompok buruh mengancam akan menggelar aksi turun ke jalan ditengah pandemi.



                                                           60
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66