Page 32 - e- KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 AGUSTUS 2020
P. 32

yang tersebar di 34 provinsi, diperoleh gambaran angka pengangguran bakal meningkat tajam.
              Survei yang berlangsung pada 24 April hingga 2 Mei 2020 tersebut menunjukkan, sebanyak 15,6
              persen pekerja terkena PHK dan 40 persen pekerja mengalami penurunan pendapatan. Tercatat
              7,0 persen pendapatan buruh turun sampai 50 persen.

              Survei lembaga tersebut jelas menunjukkan ada perubahan drastis terhadap ketenaga-keijaan
              di Tanah Air, baik dari sisi pekerja, pengusaha, maupun usaha mandiri. Dari sisi pekerja, terjadi
              gelombang PHK tenaga kerja dan penurunan pendapatan sebagai akibat terganggunya kegiatan
              usaha pada sebagian besar sektor. Masalah tersebut akan berimbas pada kelangsungan hidup
              pekerja serta keluarga mereka.

              Ngadi, salah satu peneliti dari Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, menyatakan bahwa dari sisi
              pengusaha,  pandemi  Covid-19  menyebabkan  terhentinya  kegiatan  usaha  dan  rendahnya
              kemampuan bertahan pengusaha. "Hasil survei mencatat 39,4 persen usaha terhenti, dan 57,1
              persen usaha mengalami penurunan produksi. Hanya 3,5 persen yang tidak terdampak," ungkap
              Ngadi.

              Daya tahan pengusaha dalam menghadapi tantangan berat akibat Covid-19 juga berbeda-beda.
              Menurut Ngadi, pengusaha mengalami keterbatasan dalam menghadapi masalah tersebut. Hasil
              survei menunjukkan, 41 persen pengusaha hanya dapat bertahan kurang dari tiga bulan. Artinya
              pada  Agustus  ini  usaha mereka  akan  terhenti.  Lalu,  24  persen  pengusaha  mampu  bertahan
              selama  3-6  bulan,  11  persen  mampu  bertahan  dalam  6-12  bulan  ke  depan,  dan  24  persen
              mampu bertahan lebih dari 12 bulan.

              Menurut Ngadi, dampak pandemi corona pada usaha mandiri membuat usaha menjadi terhenti
              dan  sebagian  mengalami  penurunan  produksi.  Teridentifikasi  ada  40  persen  usaha  mandiri
              terhenti  kegiatan  usahanya  dan  52  persen  mengalami  penurunan  kegiatan  produksi  "Hal  ini
              berdampak 35 persen usaha mandiri tanpa pendapatan dan 28 persen pendapatan menurun
              hingga 50 persen,"jelasnya.

              Sektor  pertanian  dan  non-pertanian  juga  terkena  imbas.  Ngadi  menyatakan,  pekerja  bebas
              sektor pertanian dan non-pertanian atau pekerja serabutan yang bekerja jika ada permintaan
              bekerja,  juga  merasakan  beban  berat  akibat  corona.  Hasil  survei  menunjukkan,  55  persen
              pekerja bebas pertanian dan non-pertanian tidak ada pekerjaan, dan 38 persen menyatakan
              permintaan berkurang. Dilihat dari pendapatan, sebanyak 58 persen pekerja bebas tidak memiliki
              pendapatan selama pandemi dan 28 persen pendapatan mereka berkurang hingga 30 persen.

              Dengan  kondisi  semacam  itu,  menurut  Ngadi,  diperkirakan  10  juta  pengusaha  mandiri  akan
              berhenti bekerja dan 10 juta lainnya pendapatan menurun lebih dari 40 persen. Sebanyak 15
              juta pekerja bebas atau pekerja keluarga juga akan menganggur.

              Pengangguran akan bertambah 25 juta orang. Jumlah ini terdiri dari 10 juta pekerja mandiri dan
              15 juta pekerja bebas. "Angka kemiskinan akibat adanya penurunan upah dan tanpa pendapatan
              diperkirakan akan mencapai 17,5 juta rumah tangga dengan asumsi garis kemiskinan adalah 440
              ribu per kapita per bulan," ujar Ngadi.

              Wakil  Ketua  Umum  Kadin  Indonesia  Shinta  W  Kamdani  menyatakan,  pandemi  corona  mata
              imbasnya. Pengusaha yang tak kuat pun terpaksa tutup usaha. Beberapa alasan teijadi PHK, di
              antaranya 1) lemahnya permintaan pasar, 2) keterbatasan bantuan modal, dan 3) keterbatasan
              cash-flow terutama untuk membiayai gaji tenaga keijayang merupakan komponen tertinggi biaya
              perusahaan.
              Jelas sekali sepanjang 2020 ini Indonesia bakal menghadapi masa-masa yang penuh dengan
              tantangan.  Pemerintah  kesulitan  menggenjot  pertumbuhan  ekonomi  karena  banyak  faktor
              menghambat  laju  pertumbuhannya  Faktor  tersebut  berasal  dari  internal  maupun  lingkungan

                                                           30
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37