Page 134 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 JANUARI 2020
P. 134

"Kalau di negara maju, berdasarkan iuran dari pekerja, pemberi kerja, dan pemerintah, tapi kalau
               unemployment  benefit    yang  ditawarkan  tidak  jelas,  bahkan  dikatakan  tidak ada  iuran.  Ini  hanya
               sebuah strategi pada satu titik akan dihilangkan pesangon," lanjut dia.
                   omnibus  law    akan  terjadi  penggunaan  karyawan    outsourcing    dan  karyawan  kontrak  dengan
               semena-mena.  Menurutnya,  dalam  RUU  Cipta  Lapangan  Kerja  ini  diatur  semua  jenis  pekerjaan
               dilakukan kontrak.
                "Di undang-undang nomor 13 itu hanya dibatasi untuk  outsourcing  5 jenis pekerjaan saja,  cleaning
               service    ,  katering,    driver    ,  sekuriti,  dan  jasa  penunjang  karena  nanti  dibebaskan,  bahkan  akan
               kompleks  dibebaskan  untuk  semua  jenis  pekerjaan,  dengan  demikian  tidak  ada  kepastian  kerja,"
               katanya.

                Keempat,  kata  Said  Iqbal,  hilangnya  jaminan  pensiun  dan  jaminan  kesehatan.  Ini  membuat  para
               pengusaha tidak memiliki kewajiban membayar uang jaminan tersebut. "Kalau RUU ini disahkan, maka
               mengakibatkan  pengusaha  tidak  punya  kewajiban  membayar  uang  jaminan  pensiun  dan  bahkan
               jaminan kesehatan. Siapa yang bayar? Sudah upah di bawah minimum, tidak ada lagi jaminan sosial
               pensiun maupun kesehatan," katanya.
                Selanjutnya,  omnibus law  disebut akan membuat tenaga kerja asing (TKA) menjadi mudah bekerja
               di dalam negeri. Seharusnya, kata Said Iqbal, TKA di Indonesia hanya untuk saling berbagi pengetahuan
               untuk meningkatkan kemampuan pekerja lokal.
                "Tapi dalam Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja tersirat bahwa semua jenis pekerjaan dan pekerja
               buruh kasar kita sebutnya itu boleh. Ini mengancam masa depan tenaga kerja lokal di mana negara
               tidak bisa melindunginya," katanya.
                Terakhir,  dihapuskannya  sanksi  pidana  bagi  pengusaha  yang  membayar  pekerja  di  bawah  upah
               minimum akan membuat pengusaha semena-mana. "Maka pengusaha nanti boleh tidak membayar
               upah  minimum,  toh  tidak  ada  sanksi.  Pengusaha  boleh  mengeksploitasi  buruh  dengan  sistem  itu
               sourcing  yang tidak punya masa depan toh tidak ada sanksi," ujar dia.
                Hal  senada  diungkap  koordinator  Daerah  Gardu  Metal  FSPMI,  Nur  Fahrozi,  yang  menyebut,  jika
               Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja disahkan, gaji buruh akan dihitung per jam. Selain itu, sistem ini
               dinilai berdampak pada  outsourcing  .
                "Jika disahkan oleh pemerintah dan DPR, upah buruh dihitung per jam. Dengan kata lain, ketika kita
               sakit, ketika  kita memakai  hak  cuti  kita,  tidak  akan dibayar  pengusaha.  Kedua,  jika   omnibus  law
               disahkan,  maka  sistem  kerja  outsourcing    akan  dibebaskan  di  semua  jenis  pekerjaan,"  ujar  Nur
               Fahrozi.

                (fas/knv)  omnibus law  buruh  massa buruh  kspi  said iqbal.
   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139