Page 487 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 AGUSTUS 2020
P. 487
Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) merekomendasikan agar Presiden
Indonesia Joko Widodo segera menghentikan pembahasan Rancangan Undang Undang Cipta
Kerja.
Komisioner Pengkajian dan Penelitian Komnas HAM Sandrayati Moniaga mengatakan, setelah
mengkaji RUU Cipta Kerja ternyata berpotensi menimbulkan pelanggaran HAM hingga kerusakan
lingkungan. Dia mencotohkan soal meniadakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
sebagai salah satu kewajiban membuka usaha besar di Indonesia.
"Kalau AMDAL ditiaadakan dan nanti rejimnya nanti adalah rejim perstujuan saja. Jadi bukan
rezim perizinan yang mensyaraatkan AMDAL, dia akan menjadi lebih mudah. Jadi, akan begitu
banyak perusahaan yang diduga tidak layak dari segi lingkungan itu bisa beroperasi di Indonesia
dengan mudah. Jadi bisa dibayangkan kerusakan lingkungan yang akan terjadi," ungkapnya saat
menggelar keterangan pers di Kantor Komnas HAM di Jakarta, Kamis (13/8/2020).
Kebijakan itu, kata Sandra, dapat memudahkan banyak perusahaan yang sebenarnya tidak layak
dari sisi pemenuhan AMDAL, namun memperoleh izin. Kemudian soal kemudahan dalam
memperoleh izin perkebunan, menurutnya aturan dalam RUU Cipta Kerja ini bisa mengancam
hak hak kepemilikan tanah masyarakat adat hingga petani di pedesaan.
Sebab, kata dia, mereka rata-rata belum memiliki sertifikat resmi atas tanahnya dari negara.
"Perkebunan besar itu akan mendapat akses tanah dimana kita tahu mayoritas warga kita di
pedesaan itu tidak punya surat sertifikat. Masyarkat adat, petani-petani itu memang kebanyakan
tidak punya bukti kepemilikan. Tapi bukan berarti meraka bukan pemiliknya. Bukti kepemilikan
formal dalam hal ini seperti setifikat," tegas dia.
Semua itu, lanjut dia, bakal memicu perampasan hak masyarakat dengan hadirnya RUU Cipta
Kerja.
" Nah di sini, izin izin HGU (Hak Guna Usaha) akan mulai diberikan lagi secara massif.Bisa
dibayangkan betapa seriusnya dampaknya bagi petani-petani kita, bagi masyarakat kita di
pedesaan," kata Sandra..
486