Page 400 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 DESEMBER 2021
P. 400

PEJABAT KEMNAKER: KEPUTUSAN ANIES NAIKKAN UMP BURUH 5,1 PERSEN
              LANGGAR UU CIPTA KERJA
              Laporan  Reporter  Vendy  Yhulia  Susanto,  JAKARTA  -  Gubernur  DKI  Jakarta  Anies  Baswedan
              mengambil  keputusan  merevisi  dan  menaikkan  upah  minimum  provinsi  (UMP)  tahun  2022
              sebesar 5,1 persen menjadi Rp 4.641.854.

              Anies mengatakan, keputusan menaikkan UMP DKI Jakarta menjunjung asas keadilan bagi pihak
              pekerja, perusahaan dan Pemprov DKI Jakarta.

              Sebagai gambaran, di tahun tahun sebelum pandemi Covid-19, rata-rata kenaikan UMP di DKI
              Jakarta selama 6 tahun terakhir adalah 8,6 persen.

              "Dengan  kenaikan  Rp  225  ribu  per  bulan,  maka  saudara-saudara  kita,  para  pekerja  dapat
              menggunakannya  sebagai  tambahan  untuk  keperluan  sehari-hari.  Yang  lebih  penting  adalah
              melalui kenaikan UMP yang layak ini, kami berharap daya beli masyarakat atau pekerja tidak
              turun," ujar Gubernur Anies dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (18/12/2021).

              Menanggapi hal tersebut, Kepala Biro Humas Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Chairul
              Harahap  mengatakan,  Kemnaker  menyayangkan  keputusan  tersebut  jika  seandainya  benar
              dilaksanakan.

              Disebutkan, penetapan UMP tidak sesuai dengan regulasi yang ada yaitu PP nomor 36 tahun
              2021 tentang Pengupahan, yang merupakan aturan pelaksana UU nomor 11 tahun 2020 tentang
              Cipta Kerja.

              "Ini (PP 36/2021) memang harus kita laksanakan dan kita junjung amanat pelaksanaan UU (UU
              11/2020)," ujar Chairul saat dihubungi, Kontan.co.id, Senin (20/12/2021).

              Chairul menyebut, Kementerian Ketenagakerjaan bersama kepala daerah mesti tunduk dan taat
              untuk melaksanakan UU dan aturan pelaksananya.

              Sebab itu, setiap kepala daerah menerbitkan kebijakan, mesti berpedoman pada sistem hukum
              dan ketatanegaraan.

              Artinya, kebijakan pengupahan juga perlu dilaksanakan sesuai regulasi yakni UU nomor 11 tahun
              2020 tentang Cipta Kerja dan PP nomor 36 tahun 2021 tentang Pengupahan.
              "Pelaksanaan yang ditetapkan tidak sesuai perundang-undangan berarti bertentangan dengan
              UU atau tidak sesuai dengan regulasi yang diatur," ujar Chairul.

              Chairul  mengatakan,  pihaknya  belum  mengetahui  apakah  kebijakan  revisi  UMP  2022  yang
              dilakukan Pemprov DKI Jakarta akan dilakukan atau tidak.

              Chairul  mengatakan,  Kemnaker  menjunjung  tinggi PP  36/2021 dalam pelaksanaan  kebijakan
              pengupahan.

              "Bagaimana berkaitan dengan kepala daerah yang tidak melaksanakan itu, itu kan nanti diatur
              kembali  dalam  konteks  UU  23/2014  tentang  pemerintah  daerah,  bagaimana  hal  ini  dan
              konsekuensinya," ucap Chairul.
              Sumber: Kontan.






                                                           399
   395   396   397   398   399   400   401   402   403   404   405