Page 6 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 DESEMBER 2021
P. 6

BURUH VS PENGUSAHA: MAJU KENA MUNDUR KENA, ANIES JADI SERBA SALAH

              Langkah  Gubernur  DKI  Jakarta,  Anies  Rasyid  Baswedan,  merevisi  kenaikan  upah  minimun
              provinsi (UMP) DKI Jakarta menjadi 5,1 persen, menimbulkan pro dan kontra. Kalangan buruh
              memuji  Anies  Baswedan  karena  menilai  kebijakan  itu  memenuhi  rasa  keadilan.  Sementara
              kalangan pengusaha, mengecam dan bahkan meminta pemerintah pusat memberikan sanksi
              kepada Anies Baswedan.

              Ditanya apakah ajakan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, untuk mengutamakan
              musyawarah  soal  pelaporan  itu,  Heriyadi  menampiknya.  Sebab,  langkah  Pemprov  DKI  yang
              mengambil keputusan merevisi UMP sepihak, dinilai dia juga tidak berdasarkan musyawarah.
              "Sebetulnya tidak ada diskusi lagi, orang sudah diputus pada 21 november lalu. Dan pada PP
              No.36 itu tidak ada perubahan, kalau sudah diputuskan ya sudah," jelasnya.

              Selain  itu,  Hariyadi  juga  meminta  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemenaker)  agar  memberi
              sanksi  kepada  Gubernur  DKI  Jakarta.  Hariyadi  menilai,  Anies  telah  melawan  hukum  soal
              pengupahan dengan merevisi kenaikan upah minimum provinsi (UMP) 2022 DKI Jakarta menjadi
              5,1  persen  dari sebelumnya  0,85  persen."Karena  hal  itu berpotensi  menimbulkan  iklim  tidak
              kondusif," tegasnya.

              Dia  menambahkan,  dengan  adanya  revisi  dari  Anies  itu,  upaya  untuk  mengimplementasikan
              jaring pengaman sosial (JPS) bagi pekerja pemula tanpa pengalaman sulit dilakukan. Khususnya,
              ketika struktur skala upah di DKI semakin tidak jelas dengan JPS yang terabaikan.

              "Karenanya, kami meminta Kemenaker untuk memberikan sanksi kepada kepala daerah yang
              telah melawan hukum regulasi," jelasnya.

              Tak hanya itu, Apindo juga meminta menteri dalam negeri memberikan pembinaan dan sanksi
              kepada kepala daerah yang melanggar, termasuk Anies. Utamanya, karena telah melemahkan
              sistem pemerintahan. "Sebagaimana amanat UU No.23 Tahun 2014 pasal 272, Pemerintah Pusat
              melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintah Daerah," ucap Heriyadi.

              Lebih jauh, dengan adanya keputusan Anies untuk merevisi besaran nilai UMP pada 2022, pihak
              Apindo, mengimbau perusahaan di Jakarta mengabaikannya. Hal itu, kata dia sembari menunggu
              keputusan PTUN yang berkekuatan hukum tetap.
              "Namun, tetap mengikuti Kepgub DKI Jakarta No. 1395 Tahun 2021 pada 19 November lalu, di
              mana kenaikan UMP 0,85 persen," katanya.

              Menanggapi  desakan  dari  kalangan  pengusaha,  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemenaker)
              akan berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk memastikan apakah
              Anies Baswedan telah melanggar aturan atau tidak terkait revisi kenaikan UMP DKI Jakarta 2022.

              "Pada  prinsipnya,  kami  akan  mengkoordinasikan  hal-hal  yang  bertentang  dengan  kebijakan
              dengan Kemendagri," kata Kepala Biro Humas Kemenaker Chairul Fadhly Harahap ketika ditanya
              sanksi untuk Anies.

              Sanksi terhadap Anies, kata dia, akan diberikan Kemendagri. Sebab, semua hal yang menyangkut
              pemerintah daerah berada di bawah kewenangan Kemendagri. Bentuk sanksinya diatur dalam
              UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

              UU Nomor 23 Tahun 2014 mengatur, gubernur yang tak menjalankan program strategis nasional
              dapat dijatuhi sanksi berupa teguran tertulis, pemberhentian sementara, dan pemberhentian
              permanen.



                                                            5
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11