Page 146 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 AGUSTUS 2020
P. 146

Dewi juga menyoroti kewenangan pemerintah pusat yang bisa menerbitkan jenis-jenis hak baru
              di atas hak pengelolaan.
              Sebab, hak pengelolaan dapat dikonversi menjadi HGU, HGB dan HP bagi kepentingan pemodal.

              Dewi menilai, ketentuan ini merupakan bentuk penyimpangan Hak Menguasai dari Negara (HMN)
              dan berpotensi penyalahgunaan kekuasaan (  abuse of power  ).

              "Tiba-tiba dengan dalih menciptakan norma baru, hak pengelolaan ini seolah menjadi jenis hak
              baru yang begitu powerful, yang kewenangannya diberikan kepada pemerintah," tutur dia.
              Jika ketentuan soal hak pengelolaan atas tanah tersebut disahkan, Dewi khawatir ketimpangan
              penguasaan tanah akan semakin besar.

              Kemudian, korporasi akan semakin mudah untuk melakukan praktik monopoli, karena jangka
              waktu hak pengelolaan atas tanah yang sangat lama.

              "Ini cara memutar tersembunyi pemerintah, yang ingin kembali memprioritaskan HGU, HGB, HP
              untuk investor besar, di tengah ketimpangan penguasaan tanah akibat monopoli perusahaan
              yang sudah terjadi," kata Dewi.

              Dewi  pun  menekankan  bahwa  ketentuan  soal  jangka  waktu  hak  pengelolaan  atas  tanah
              bertentangan dengan putusan Mahkamah Konstitusi No. 21-22/PUU-V/2007.
              Putusan MK tersebut membatalkan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
              Penanaman Modal yang mengatur pemberian HGU selama 95 tahun.

              "Pasal 22 ini telah diputuskan ditolak karena melanggar Konstitusi," ucapnya.

              Eksploitasi  oleh  kepentingan  modal    Sebelumnya,  anggota  Komisi  II  dari  Fraksi  PDI-P  Arif
              Wibowo menyatakan tak sepakat dengan ketentuan Pasal 127 RUU Cipta Kerja.
              Arif menilai, aturan tersebut bertentangan dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
              Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

              "Saya  enggak  setuju,  karena  bertentangan  dengan  UUPA  yang  artinya  adalah  eksploitasi
              terhadap  negara  dan  rakyat  serta  mengabdi  kepada  kepentingan  modal,"  kata  Arif,  Kamis
              (30/4/2020).

              Arif meminta, perpanjangan HGU tetap mengacu pada UUPA, yaitu paling lama 25 tahun atau
              dapat diperpanjang hingga 35 tahun.

              Kemudian, ia meminta kebijakan HGU yang saat ini diterapkan di Indonesia dievaluasi agar lebih
              berorientasi pada pemanfaatan tanah yang adil.
              "Jelas bertentangan dengan ideologi dan politik agraria nasional kita. Kembalikan kepada UUPA
              agar lebih berorientasi kepada pemanfaatan tanah secara adil dan peduli sosial," ujar Arif..















                                                           145
   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151