Page 243 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 243

Menurutnya, MK tidak dapat menguji Undang-Undang (UU) Omnibus Law karena mereka telah
              menerima  'sogok'dari  DPR  dan  pemerintah.  Dia  mengungkapkan,  suap  tersebut  berbentuk
              perpanjangan masa jabatan hakim konstitusi.

              Dia  menilai,  kondisi  tersebut  telah  membentuk  benturan  kepentingan.  Direktur  Pusat  Studi
              Konstitusi  (PusaKo)  Universitas  Andalas  Padang  ini  mengatakan,  ini  mengingat  para  hakim
              konstitusi menerima sesuatu dari pihak-pihak yang berperkara.

              Dia  mengatakan,  sikap  Jokowi  yang  meminta  dukungan  kepada  MK  guna  memperlancar
              Omnibus Law semakin memperkuat adanya konflik kepentingan tersebut. Dia menjelaskan, tidak
              semestinya  pihak  yang  berperkara  bertemu  dengan  hakim  lalu  mengutarakan  permohonan
              tertentu.

              Dia menegaskan bahwa sikap permintaan dukungan dari MK tersebut merupakan tindakan yang
              tidak etis untuk dilakukan. Dia mengatakan, langkah tersebut merupakan tindakan tercela yang
              tidak semestinya diperbuat presiden sebagaimana diatur dalam UUD 1945. "Jika terdapat konflik
              kepentingan hakim tidak boleh menyidangkan perkara. Begitu etikanya dalam Banglore principals
              dan etika hakim konstitus," kata Feri lagi.

              Sebelumnya,  Jokowi  sempat  meminta  dukungan  MK  terkait  pengajuan  Omnibus  Law  Cipta
              Lapangan  Kerja  dan  Perpajakan.  Hal  itu  disampaikan  dalam  acara  "Penyampaian  Laporan
              Tahunan Mahkamah Konstitusi Tahun 2019" yang digelar pada Selasa, 28 Januari lalu.

              Kegiatan itu dihadiri Ketua MK Anwar Usman, Wakil Ketua MK Aswanto, para hakim MK Enny
              Nurbaningsih, Manahan MP Sitompul, Wahiddudin Adams, Arief Hidayat, Daniel Yusmic P Foekh,
              Saldi Isra, Suhartono; Ketua DPR Puan Maharani, dan Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali serta
              para pejabat terkait lainnya.

              "Pada  kesempatan  ini  saya  mengharapkan  dukungan  berbagai  pihak  untuk  bersama-sama
              dengan  pemerintah  berada  dalam  satu  visi  besar  untuk  menciptakan  hukum  yang  fleksibel,
              sederhana,  kompetitif  dan  responsif  demi  terwujudnya  keadilan  sosial  bagi  seluruh  rakyat
              Indonesia sebagaimana amanat konstitusi kita," kata Jokowi.

              Seperti  diketahui,  DPR  RI  resmi  mengesahkan  Rancangan  Undang-Undang  (RUU)  Ciptaker
              menjadi  undang-undang.  Persetujuan  diambil  dalam  Rapat  Paripurna  Masa  Sidang  IV  tahun
              sidang 2020-2021 yang digelar di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (5/10) sore.






























                                                           242
   238   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248