Page 253 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 253

UU CIPTA KERJA DITOLAK BURUH, HOTMAN PARIS CERITA SULITNYA BURUH
              TUNTUT PESANGON
              DPR RI mengesahkan  Rancangan Undang-undang (RUU) Cipta Kerja menjadi undang-undang
              dalam sidang paripurna yang berlangsung, Senin (5/10/2020).

              RUU Cipta Kerja disahkan menjadi Undang-Undang setelah mendapat persetujuan dari sebagian
              besar Fraksi di DPR.

              Setidaknya ada tujuh item krusial dalam  UU Cipta Kerja  yang amat merugikan buruh seperti
              dinyatakan Presiden KSPI Said Iqbal.

              Salah satunya yaitu, soal pesangon.

              Pengurangan  pesangon  menjadi  25  kali  upah  bulanan.  Buruh  menolak  pengurangan  nilai
              pesangon dari 32 bulan upah menjadi 25 bulan.

              Cerita Hotman Paris
              Sementara itu, pengacara kondang Hotman Paris angkat bicara terkait polemik disahkannya UU
              Omnibus Law Cipta Kerja yang memicu kontroversi.

              Baik pemerintah maupun DPR, sampai saat ini belum merilis draf final  UU Cipta Kerja  .

              Dilansir  dari  Kompas.com,  menurut  Hotman,  berdasarkan  pengalamannya  puluhan  tahun
              menjadi  advokat,  permasalahan  yang  sering  dihadapi  pekerja  atau  buruh  adalah  sulitnya
              menuntut hak pesangon.

              "Terlepas setuju atau tidak omnibus law, dalam 36 tahun pengalaman saya menjadi pengacara.
              Masalah yang dihadapi buruh adalah dalam menuntut pesangon, karena prosedur hukumnya
              sangat panjang," ucap Hotman dikutip dari akun Instagram resminya, Minggu (11/10/2020).
              Selama  ini,  banyak  kasus  perusahaan  yang  tidak  membayarkan  hak  pesangon  sebagaimana
              diatur dalam UU Ketenagakerjaan.

              Namun pekerja korban PHK dihadapkan pada kondisi sulit karena prosedur menuntut pesangon
              hingga sampai ke pengadilan bukan perkara gampang.

              Tuntutan pesangon hingga ke meja pengadilan seringkali terpaksa ditempuh pekerja korban PHK
              karena  selama  ini  Kementerian  Ketenagakerjaan  maupun  Dinas  Ketenagakerjaan  di  daerah
              umumnya tak banyak membantu menekan perusahaan.

              Di sisi lain, untuk menuntut hak pesangon ke pegadilan, butuh pengacara yang memakan biaya
              yang tak sedikit. Itu pun belum tentu putusan pengadilan memenangkan pekerja korban PHK.
              "Dimulai dengan kalau majikan menolak lalu melalui dewan pengawas Depnaker (Departemen
              Tenaga Kerja). Depnaker tidak punya power hanya berupa syarat, mau tidak mau si buruh harus
              ke  pengadilan,"  ungkap  Hotman,  dalam  artikel  "    Singgung  UU  Cipta  Kerja,  Hotman  Paris
              Beberkan Susahnya Buruh Tuntut Pesangon  ".

              "Di  pengadilan  bisa  sampai  peninjauan  kembali  (PK)  ke  Mahkamah  Agung  (MA),  bayangkan
              bayar honor pengacara berapa, bisa-bisa honor pengacara lebih besar daripada pesangonnya,"
              kata dia lagi.
              Ia  berujar,  terlepas  apakah  besaran  pesangon  mengacu  pada  aturan  lama  yakni  UU
              Ketenagakerjaan ataupun direvisi di  UU Cipta Kerja  , pemerintah juga seharusnya prioritas
              memastikan pekerja atau buruh korban PHK mendapat pesangonnya sesuai aturan yang berlaku.

                                                           252
   248   249   250   251   252   253   254   255   256   257   258