Page 19 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 19

LOBI ELITE BELUM TEMBUS

              Pemerintah  gencar  melobi  sejumlah  organisasi  masyarakat,  serikat  buruh,  mahasiswa  dan
              sebagainya untuk mengintervensi penolakan UU Cipta Kerja (Ciptaker). Akan tetapi, gerakan sipil
              tetap sepakat menolak undang-undang itu.

              Kordinator  Pusat  Badan  Eksekutif  Mahasiswa  Seluruh  Indonesia  (BEM  SI),  Remy  Hestian
              mengataka, pihaknya tidak terpengaruh dengan upaya intervensi pemerintah.

              Termasuk  dengan  adanya  surat  edaran  kemendikbud  meminta  mahasiswa  tidak  turun  aksi.
              Pihaknya,  justru  mengecam  tindakan  pemerintah  yang  mengintervensi  gerakan.  "Kami  tetap
              akan melakukan aksi yang lebih besar," ungkapnya.

              Saat aksi unjuk rasa pada Jumat lalu, pihaknya, berharap bisa ditemui Presiden Joko Widodo.
              Akan tetapi, hanya Staf Khusus Mileni-al yang diutus. Baginya, staf khusus bukanlah representasi
              pemerintah  Indonesia.  "Makanya  kami  akan  melakukan  aksi  yang  lebih  besar  lagi  pada  20
              Oktober. Bertepatan setahun pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Sikap kami tetap sama mendesak
              Presiden menerbitkan Perppu," bebernya.

              Menurutnya  aliansi  BEM  Jabodetabek-Banten  kembali  akan  menyerbu  Jakarta.  Gerakan  ini
              merupakan aksi damai dan tidak ada unsur anarki. Pihaknya juga mengajak seluruh mahasiswa
              di  Indonesia  untuk  tetap  pada  gerakan  yang  sama.  "Kami  akan  terus  jalan.  Menyuarakan
              penolakan terhadap UU Ciptaker ini. Sampai UU ini dicabut atau dibatalkan," tegasnya.

              Terpisah, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal juga menuturkan
              buruh masih terus menolak UU Ciptaker. Malah, aksi-aksi akan semakin besar karena buruh juga
              menuntut ada kenaikan upah minimum. "Tentu situasi akan makin panas bila upah minimum
              tidak naik karena saat ini bersamaan penolakan Omnibus Law. Komponen kebutuhan hidup layak
              (KHL)  masih  jauh  dari  harapan.  Hanya  64  item  ditetapkan  pemerintah,  padahal  idealnya  84
              item," tuturnya.
              Lobi-lobi pemerintah juga gencar dilakukan kepadadua ormas Islam terbesar di Indonesia. PBNU
              dan PP Muhammadiyah. Namun kunjungan ini tak mempengaruhi sikap kedua ormas yang tegas
              menolakUU Cipta Kerja. "Nah, pemerintah mestinya paham kondisi saat ini Perlu dialog, terutama
              dengan yang berkeberatan," kata Sekum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti.
              Apresiasi dan Tolak

              Pengamat Sosiolog Hukum Unhas, Prof Irwansyah menilai pelibatan stakeholder dalam turunan
              UU  terbilang  terlambat  Aturan  yang  ada  di  bawah  tidak  bisa  menyalahi  aturan  yang  ada  di
              atasnya. "Kami patut apresiasi niat baik pemerintah yang merespons tuntutan massa. Tetapi, PP
              itu tidak bisa melabrak UU. Jika sudah diatur di UU tidak bisa ditolak. Berbeda jika Perppu, bisa
              meru-bah," katanya.

              Guru  Besar  Fakultas  Hu-kumUMI,  Prof  HambaliTha-lib  menilai,  peraturan  turunan  itu  harus
              sejalan dengan UU di atasnya tidak boleh bertentangan. Sehingga jalan tengah atas polemik itu
              harus diteliti. Poin yang tidak bermasalah bisa dilanjutkan dengan mengakomodasi kepentingan
              masyarakat. Tetapi, poin yang berpolemik harus ditunda PP-nya. (fik-edo/abg)

              caption:

              MASIH SOLID - Serikat buruh bersama mahasiswa masih solid memperjuangkan hak-hak yang
              dianggap merugikan pekerja dalam Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja.





                                                           18
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24