Page 194 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 194

Direktur  Pengupahan  Kementerian  Ketenagakerjaan  Dinar  Titus  Jogaswitani  menyampaikan
              bahwa  ada  beberapa  konsekuensi  bila  Omnibus  Law  tidak  segera  dijalankan.  Salah  satunya
              lapangan kerja akan pindah ke negara lain yang lebih kompetitif. Daya saing pencari kerja relatif
              rendah dibandingkan negara lain, penduduk yang tidak atau belum bekerja akan semakin tinggi.
              "Lalu Indonesia terjebak dalam middle income trap," kata dia.



              EKONOM: KETIKA NEGARA LAIN URUS PANDEMI COVID-19, INDONESIA URUS
              INVESTASI

              Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengkritik
              pembentukan Omnibus Law Undang-undang Cipta Kerja di tengah pandemi Covid-19. Menurut
              dia, tidak ada satupun negara di dunia saat ini yang fokus mengurus masalah regulasi investasi.

              "Karena sekarang yang dihadapi secara fundamental itu adalah Covid-19," kata Bhima dalam
              acara Kovid Psikologi secara virtual pada Sabtu, 17 Oktober 2020.

              Pandemi Covid-19 inilah yang membuat pemulihan ekonomi dan investasi melorot di tahun 2020.
              Sehingga, banyak negara meyakini bahwa pemulihan ekonomi bergantung pada seberapa cepat
              penanganan Covid-19 di negara mereka.

              Bhima kemudian mencontohkan Cina dan Vietnam. "Mereka gak bahas Omnibus Law setahu
              saya," kata dia.

              Akan tetapi, kedua negara sudah tumbuh positif di triwulan kedua, bahkan sebelum adanya
              vaksin  Covid-19.  Sementara,  Indonesia  masih  tumbuh  negatif  dan  diprediksi  akan  kembali
              negatif di triwulan ketiga 2020.

              Sebelumnya, DPR telah mengesahkan Omnibus Law pada 5 Oktober dan menyerahkanya ke
              presiden  pada  14  Oktober  2020.  Kini,  pemerintah  sedang  mengebut  pembentukan  aturan
              turunan dari Omnibus Law ini.

              Dalam  acara  yang  sama,  Direktur  Pengupahan  Kementerian  Ketenagakerjaan  Dinar  Titus
              Jogaswitani menyampaikan bahwa ada beberapa konsekuensi bila Omnibus Law tidak segera
              dijalankan. Salah satunya lapangan kerja akan pindah ke negara lain yang lebih kompetitif.

              Daya saing pencari kerja relatif rendah dibandingkan negara lain, penduduk yang tidak atau
              belum bekerja akan semakin tinggi. "Lalu Indonesia terjebak dalam middle income trap," kata
              dia.

              Tapi kritikan atas pembentukan Omnibus Law di masa pandemi ini tidak hanya disampaikan
              Bhima.  Sebelumnya,  Center  for  Indonesia's  Strategic  Development  Initiatives  (CISDI),  juga
              menyesalkan pengesahan Omnibus Law di masa pandemi Covid-19.

              "Berpotensi  menciptakan  backlog  (tumpukan  antrean)  dalam  penanganan  pandemi,"  kata
              Direktur Kebijakan CISDI Olivia Herlinda dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat, 9 Oktober
              2020.





                                                           193
   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199