Page 233 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 OKTOBER 2020
P. 233

Ringkasan

              Kalangan  pengusaha  meminta  agar  pemerintah  tidak  menaikan  upah  minimum  ,  baik
              kabupaten/kota ( UMK ) ataupu upah minimum provinsi ( UMP ) pada tahun depan. Alasannya,
              kondisi ekonomi saat ini masih sulit karena terdampak pandemi Covid-19. Ketua Umum DPD
              Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia DKI Jakarta, Sarman Simanjorang, mengatakan jika
              perhitungan UMK didasarkan pada aturan yang masih berlaku yakni PP Nomor 78 Tahun 2015,
              maka sebenarnya tidak ada kenaikan upah minimum di tahun 2021.

              Sebelumnya, pemerintah lewat Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mempertimbangkan
              usulan agar upah minimum provinsi (UMP) 2021 sama seperti tahun 2020. Hal ini sesuai dengan
              keputusan  Dewan  Pengupahan  Nasional.  Menteri  Ketenagakerjaan  (Menaker),  Ida  Fauziah,
              mengungkapkan  masukan  besaran  UMP  tahun  depan  tersebut  mempertimbangkan  kondisi
              ekonomi dan kemampuan pengusaha dalam membayar upah pekerjanya di masa pandemi.


              HITUNGAN VERSI PENGUSAHA, UPAH MINIMUM TAHUN DEPAN TIDAK NAIK

              Kalangan  pengusaha  meminta  agar  pemerintah  tidak  menaikan  upah  minimum  ,  baik
              kabupaten/kota ( UMK ) ataupu upah minimum provinsi ( UMP ) pada tahun depan. Alasannya,
              kondisi ekonomi saat ini masih sulit karena terdampak pandemi Covid-19.

              Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia DKI Jakarta, Sarman Simanjorang,
              mengatakan jika perhitungan UMK didasarkan pada aturan yang masih berlaku yakni PP Nomor
              78 Tahun 2015, maka sebenarnya tidak ada kenaikan upah minimum di tahun 2021.

              "Kalau  menggunakan  rumusan  UMP  dan  UMK  masih  pakai  PP  Nomor  78  Tahun  2015  itu
              kelihatannya  tidak  ada  kenaikan.  Sesuai  rumusnya,  kenaikannya  nol  persen,"  kata  Sarman
              dikonfirmasi Kompas.com , Senin (19/10/2020).

              Dijelaskan Sarman, dalam regulasi perhitungan kenaikan upah minimum tahun berikutnya yakni
              didasarkan  pada  upah  minimum  tahun  berjalan  dikalikan  dengan  inflasi  plus  pertumbuhan
              ekonomi.

              "Nah sekarang kalau pakai hitungan itu, sekarang pertumbuhan ekonomi dalam setahun bisa
              saja diperkirakan nol persen atau mungkin minus. Lalu kemudian tahun ini mengalami deflasi,
              bukan inflasi," ujar Sarman.
              "Artinya kalau pakai perhitungan PP Nomor 78 Tahun 2015, maka tidak perlu ada kenaikan UMP
              dan UMK," imbuh Sarman yang juga menjabat Wakil Ketua Kadin DKI Jakarta ini.

              Sebelumnya, pemerintah lewat Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mempertimbangkan
              usulan agar upah minimum provinsi (UMP) 2021 sama seperti tahun 2020. Hal ini sesuai dengan
              keputusan Dewan Pengupahan Nasional.

              Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziah, mengungkapkan masukan besaran UMP tahun
              depan  tersebut  mempertimbangkan  kondisi  ekonomi  dan  kemampuan  pengusaha  dalam
              membayar upah pekerjanya di masa pandemi.

              "Karena kalau kita paksakan mengikuti PP 78 atau mengikuti UU baru ini pasti akan banyak sekali
              perusahaan-perusahaan yang tidak mampu membayar upah minimum provinsi," kata Ida dikutip
              dari Kontan.

              Meski  begitu,  Ida  memastikan  pihaknya  akan  memberikan  perkembangan  terbaru  dan  tetap
              mendengarkan masukan dari Dewan Pengupahan Nasional.


                                                           232
   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238